JAKARTA, BALIPOST.com – Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais agar ikut meningkatkan program pengampuan layanan kanker di Indonesia sehingga mencegah tingkat fatalitas (fatality rate) melalui pemeriksaan deteksi dini kanker. Permintaan itu disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Untuk deteksi dini kanker payudara, Budi menyampaikan bahwa pihaknya sudah menyiapkan alat USG yang dibagikan ke 10.000 puskesmas di 514 kabupaten/kota. Namun, yang masih menjadi tantangan yaitu pemberian pelatihan kepada dokter umum di puskesmas untuk bisa melakukan layanan deteksi dini kanker.
“Dari 10 ribu (USG), saya lihat terakhir baru 6 ribu yang ada (USG yang dilengkapi probe linear). Tapi 6 ribu pun yang penting buat saya, minta (ke RS Dharmais) dokternya mesti dilatih untuk periksa karena periksa kanker payudara itu beda dengan periksa kandungan bayi. Alat USG itu mirip seperti stetoskop advance, bisa digunakan untuk diagnosa berbagai jenis penyakit dan sekarang tersedia di puskesmas,” kata Budi dalam acara Peringatan HUT Ke-31 RS Kanker Dharmais di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (30/10).
Selain distribusi USG khusus, ia mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga membagikan alat mammografi ke rumah sakit tingkat kabupaten/kota di 514 kabupaten/kota untuk diagnostik kanker payudara secara final.
“Kita juga mulai bagikan alat-alat untuk tes patologi anatomi ke 514 kabupaten/kota. Jadi kalau ada kanker payudara, dibiopsi, itu juga sudah mulai dilakukan. Kita juga sudah banyak bagikan alat-alat untuk treatment cancer seperti kemoterapi yang tadinya hanya bisa di beberapa kota saja, itu mulai tahun depan akan disebar di 514 kabupaten/kota. (Alat) radioterapi yang mahal-mahal itu di 34 provinsi,” ujar Budi.
Dengan adanya alat USG khusus di puskesmas-puskesmas, kata dia, diharapkan pasien kanker payudara tidak harus mengantre dengan waktu tunggu yang lama di rumah sakit-rumah sakit besar seperti RS Kanker Dharmais.
Ketika ditemukan indikasi pada pasien, Budi meminta tenaga kesehatan untuk memastikan adanya proses diagnostik lanjutan ke rumah sakit kabupaten/kota sehingga pasien bisa mendapatkan layanan biopsi. Oleh sebab itu, dokter spesialis patologi anatomi juga harus dipastikan tersedia di rumah sakit kabupaten/kota.
Tahap selanjutnya, rumah sakit kabupaten/kota juga diharapkan bisa memberikan pengobatan kepada pasien kanker payudara minimal dengan kemoterapi ataupun tindakan operasi atau bedah.
Budi menekankan pentingnya patient journey dimulai dari deteksi dini kanker yang optimal. Ia berpesan kepada RS Kanker Dharmais untuk mengembangkan patient journey dengan menyebarkan edukasi kepada perempuan-perempuan di Indonesia untuk menyadari pentingnya deteksi dini kanker payudara.
Ia menyadari bahwa masih banyak masyarakat yang takut melakukan pemeriksaan deteksi dini. Budi pun mengingatkan masyarakat untuk berani menjalani skrining kanker payudara sebab pengobatan pada stadium awal lebih mudah dilakukan daripada stadium lanjut yang memerlukan pengobatan lebih kompleks dengan biaya yang lebih mahal.
“Kanker itu harus dideteksi dini, lebih baik daripada ketahuannya terlambat. Kalau terlambat, fatality rate-nya sudah tinggi sekali. Kalau ketahuan dini sebenarnya kanker itu bisa diobati sekarang. Cuma teman-teman mesti berani. Mesti merasa nyaman kalau skrining ketahuan kanker, ya tidak apa-apa. Lebih baik skrining ketahuan dini daripada takut-takut lalu tidak ketahuan dan tahunya telat,” kata Budi. (Kmb/Balipost)