AMLAPURA, BALIPOST.com – Peristiwa kelam erupsi Gunung Agung di Karangasem, pada kurun waktu tahun 2017-2018, menjadi pengalaman pahit warga Karangasem. Peristiwa itu melumpuhkan seluruh aktivitas masyarakat. Isu menjadi salah satu bahan perdebatan dalam Debat Terbuka Kedua Calon Bupati dan Wakil Bupati Karangasem, yang disiarkan secara live oleh televisi lokal, Bali TV, Minggu (3/11) malam.
Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Karangasem I Gede Dana-I Nengah Swadi, menanggapi dengan lugas pertanyaan perihal langkah mitigasi erupsi Gunung Agung. Menurut Gede Dana, meski bencana erupsi tidak bisa dipastikan kapan terjadi, namun sebagai kepala daerah, tentu harus menyiapkan langkah-langkah efektif. Pertama, jalur evakuasi sudah disiapkan dengan baik. Jalan-jalan jalur evakuasi sudah diaspal. Sehingga masyarakat di lereng Gunung Agung, segera dapat menyelamatkan diri apabila erupsi tiba-tiba kembali terjadi.
Kedua, melakukan normalisasi induk sungai, sehingga ketika terjadi erupsi maupun banjir lahar dingin, tidak meluap ke samping dan mengancam pemukiman warga. Gede Dana juga sudah memetakan, seandainya erupsi kembali terjadi, dimana titik-titik tempat yang aman saat warga di lereng Gunung Agung harus mengungsi. “Kami sudah menyiapkan master plannya. Sehingga ketika terjadi erupsi, pemerintah daerah dan masyarakat kita tidak panik. Bahkan, kami memiliki Relawan Gotong Royong, Tagana (Taruna Siaga Bencana) hingga Desa Tanggap Bencana. Kami sudah siapkan itu, tinggal meningkatkan kapasitasnya,” tegas Gede Dana.
Bahkan, Gede Dana juga sudah menyiapkan cadangan pangan, berikut dasar ketentuan perdanya. Dimana anggarannya dititipkan lewat Bulog. Cadangan pangan ini sangat penting, tat kala terjadi erupsi, kebutuhan dasar warga di tempat-tempat pengungsian harus bisa terpenuhi, karena praktis warga tidak akan bisa bekerja memenuhi kebutuhan dasarnya.
Meski demikian, Gede Dana selalu berdoa dan berharap agar masyarakat Karangasem selalu dijauhkan dari bencana erupsi Gunung Agung. Sebab, ketika erupsi terjadi, masyarakat sangat menderita, ekonomi warga lumpuh, pariwisata terhenti. Dampak erupsi Gunung Agung merupakan pengalaman kelam yang akan selalu diingat masyarakat Karangasem. Karena untuk pulih kembali dari situasi itu, membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Isu ini awalnya menjadi pertanyaan paslon 01, I Wayan Kari Subali dan I Ketut Putra Ismaya Jaya (Karisma). Ismaya cukup bernyali mempertanyakan itu, kepada paslon 03 Gusti Putu Parwata dan Pandu Prapanca Lagosa (GP), pada sesi debat antar paslon. “Kami ingin bertanya, ketika terjadi erupsi Gunung Agung, apakah bapak calon bupati akan meninggalkan masyarakat Karangasem bersama keluarga kembali?,” sorot Ismaya.
Mendapat pertanyaan tersebut, Gusti Putu Parwata, membantah keras Bupati Karangasem bersama keluarga waktu itu, meninggalkan masyarakat Karangasem. “Saya rasa saat Gunung Agung meletus, tidak ada seorang pemimpin yang lari. Malah, (kami) masih membangun Pura Nangka pada saat itu. Kami selalu ada di dalam masyarakat,” katanya. (kmb/balipost)