Sungai Gan, sungai terbesar di Nanchang ibu kota Jiangxi tampak bersih dengan latar belakang gedung-gedung tinggi. Pemikiran Peradaban Ekologi Presiden China Xi Jinping menjadi roh pembangunan ekonomi China yang selaras dengan kelestarian alam. (BP/ata)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pengalaman Xi Jinping saat usia 13 tahun berenang di Sungai Lijiang di Tiongkok selatan yang berair jernih, membentuk pemikirannya untuk menghargai alam. Ketika menjadi pemimpin tertinggi China, Xi menuangkannya dalam konsep Peradaban Ekologis. Implementasi pemikiran Peradaban Ekologis inilah yang menjadikan sungai-sungai di China termasuk di Nanchang, bersih bersih.

Nanchang, ibu kota Jiangxi memiliki banyak pabrik. Mulai dari pabrik otomotif, tekstil, kimia hingga komponen pesawat terbang.

Populasi penduduknya lebih dari 6 juta jiwa. Hebatnya, dengan padatnya pabrik dan penduduk, Nanchang tetap jadi kota yang bersih, tertata, rapi, rindang dan sungainya bersih.

Kebersihan sungai sempat menjadi masalah serius di Nanchang. Gan, sungai terbesar di kota yang berusia 2.200 tahun ini relatif tercemar.

Indikasinya, ikan lumba-lumba babi, ikan air tawar endemik di Sungai Gan populasinya terus menurun. Langkah memastikan sungai terbebas dari berbagai polutan baik sampah maupun limbah cair serius dilakukan. Hasilnya, Sungai Gan kini bebas sampah.

Baca juga:  FBI Rilis Dokumen Rahasia Serangan 11 September 2001

Pembangunan instalasi saluran limbah terus dibangun untuk memastikan limbah cair tidak mengalir ke sungai.

Sampah juga pernah menjadi masalah serius bagi kota yang telah ada sejak 201 SM ini, terutama di tempat pengolahan akhir (TPA). Dengan sistem pengolahan terbuka, sampah hanya ditumpuk lalu ditutup tanah mengakibatkan bau dan polusi hingga  ribuan komplain disampaikan masyarakat.

Presiden Xi Jinping yang pernah melakukan inspeksi ke Jiangxi menegaskan pentingnya implementasi Peradaban Ekologis. : “(Kita) lebih baik tidak menjadi kaya daripada membiarkan adanya polusi,” kata Presiden Xi suatu ketika.

Maka dibangunlah TPA di Maiyuan, sekitar 20 menit keluar dari pusat Kota Nanchang dengan menggunakan sistem insenerator yang memadukan teknologi China dengan Jepang. Miliaran Yuan digelontorkan untuk membangun pabrik pengolahan sampah menjadi energi listrik. Hasilnya, tidak ada lagi bau sampah di TPA Maiyuan. Masalah sampah di Nanchang tertangani.

Baca juga:  Lokovasia 2023 Munculkan Kecintaan Generasi Muda Jaga Eksistensi Musik Tradisi

Tidak hanya di Nanchang, kota-kota lainnya di Jiangxi yang sempat disinggahi delegasi dari Bali, seperti Ganzhou, Anyuan dan Longnan, sungai-sungainya bersih dan taman kotanya indah rindang. Padahal semua kota memiliki pabrik dan kepadatan penduduknya tinggi.

Rombongan delegasi dari Bali yang terdiri dari 3 orang kepala desa, 1 orang Lurah, 2 Bendesa Adat, 1 orang Kabid di Dinas PMD Pemprov Bali, 1 orang wartawan mendapatkan banyak hal baru dari perjalanan selama 7 hari di Jiangxi.

Si Ngurah Made Arya, Kabid PMD Dinas PMD dan Dukcapil Pemprov Bali, mengakui pentingnya implementasi pemikiran Peradaban Ekologis Presiden Xi dalam pembangunan di Jiangxi. Menurutnya, konsep menjaga keseimbangan alam dengan manusia ada juga dalam filosofi Tri Hita Karana. “Peradaban Ekologi ada dalam Tri Hita Karana yakni bagaimana menjaga hubungan antara manusia dengan alam. Tetapi di China pemikiran sudah pada tingkat implementasi nyata,” katanya.

Pemerintahan China di bawah kepemimpinan Presiden Xi memang serius menjadikan Peradaban Ekologis sebagai panduan dalam pembangunan ekonominya. Di tahun 2018, konsep pemikiran Peradaban Ekologis telah dicantumkan dalam konstitusi. Pelanggaran yang mengakibatkan kerusakan alam diberikan sanksi tegas. Ratusan miliar Yuan digelontorkan untuk mewujudkan keseimbangan alam dan pembangunan ekonomi China yang modern.

Baca juga:  Tao Xhicuan Ceramic Avenue Tiongkok, Pusat Produksi Keramik Disulap Jadi Museum

Saat kembali mengunjungi Sungai Lijiang Presiden Xi, menegaskan kembali keyakinannya bahwa emas dalam jumlah berapun tidak akan sepadan dengan keuntungan ekologi. “Begitu lingkungan hancur, manusia akan kehilangan fondasi yang menjadi sandaran mereka untuk bertahan hidup dan berkembang,” katanya. Presiden Xi mengetahui, bahwa dalam filsafat Cina klasik, manusia dianggap sebagai bagian integral dari alam.

Jika di Bali hubungan harmonis antara manusia dengan alam hanya menjadi wacana dan ritual dari ajaran Tri Hita Karana, di China pemimpin tertinggi nya dengan serius dan bekerja keras mewujudnyatakannya. Hasilnyapun nyata terlihat dan dirasakan rakyat China. (Nyoman Winata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *