CEO WWF-Indonesia Aditya Bayunanda ketika memberikan paparan mengenai laporan Living Planet Report 2024 yang dikeluarkan WWF di Jakarta, Rabu (20/11/2024). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Populasi satwa liar global mengalami penurunan sebesar 73 persen dalam periode 1970-2020, dan dapat menjadi indikator kondisi lingkungan, termasuk di Indonesia. Hal itu disebutkan dalam Laporan Living Planet Report 2024 yang dikeluarkan World Wide Fund for Nature (WWF).

Dalam diskusi di Jakarta, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (20/11), CEO WWF-Indonesia Aditya Bayunanda menjelaskan, laporan tersebut merupakan hasil kerja sama WWF dengan Zoological Society of London (ZSL) dengan memantau 5.579 spesies vertebrata di 41.986 kantong populasi di seluruh dunia.

Baca juga:  Dari Istri Ditelanjangi hingga Diseret Puluhan Meter hingga Babi Guling Candra Tetap Buka

Sejak 1970 sampai 2020, katanya, telah terjadi penurunan populasi sebesar 73 persen dari semua kantong populasi yang dilihat. Ini average, memang ada yang naik, ada juga yang stabil, tapi secara garis besar itu semuanya turun.

“Yang harus saya tekankan di sini, penurunan populasi ini in itself tentu saja penting. Tapi, ini adalah bagian dari indikator dari kesehatan planet kita, salah satu indikator dari kesehatan planet kita,” tambahnya.

Baca juga:  #BijakBerplastik, Danone-Aqua Teguhkan Komitmen Atasi Sampah Plastik

Dia memaparkan bahwa penurunan populasi paling besar adalah jenis spesies satwa air tawar yang mengalami penurunan 85 persen dalam 50 tahun terakhir. Diikuti satwa terestrial 69 persen dan satwa laut 56 persen.

Berdasarkan pembagian wilayah, penurunan populasi satwa liar paling tinggi terjadi di Amerika Latin dan Karibia sebesar 95 persen, Afrika 76 persen, Asia dan Pasifik 60 persen, Amerika Utara 39 persen, serta Eropa dan Asia Tengah turun 35 persen.

Baca juga:  Puan Maharani: Pancasila Ideologi Penyatu Rakyat

Penurunan drastis populasi spesies air tawar, ujarnya, berkaitan dengan pengembangan infrastruktur, salah satunya menyebabkan polusi di ekosistem satwa liar tersebut dan kehilangan habitat (habitat loss).

“Habitat loss ini saya pikir juga merupakan suatu persoalan yang dihadapi di Indonesia, dimana habitat di Indonesia semakin trafragmentasi dan juga masih banyak konteks pengembangan atau konversinya,” tuturnya.

Selain itu, terdapat faktor eksploitasi berlebihan di berbagai sektor serta dampak dari perubahan iklim terhadap beberapa spesies tertentu. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *