TABANAN, BALIPOST.com – Di balik keterbatasan anggaran, Banjar Dinas Kutuh Kaja, Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, terus bergerak mewujudkan mimpi menjadi destinasi wisata. Berbekal potensi alam berupa persawahan luas dan sejarah lokal yang menarik, warga setempat bersatu padu mengubah wilayahnya menjadi magnet baru untuk nantinya bisa dikunjungi.

Kepala Wilayah Banjar Dinas Kutuh Kaja, Gusti Putu Astrawa mengatakan, penataan desa wisata ini lahir dari ide sederhana yang berkembang saat diskusi santai bersama warga pada Juni 2024. Ide itu kemudian diwujudkan melalui kerja sama antara desa adat dan dinas. Meski terkendala dana, semangat gotong royong menjadi motor utama.

Baca juga:  Dari Perempuan Asal NTT Ditemukan Tak Bernyawa hingga Rumah Anggota Ormas Digerebek

Ia mengatakan sifatnya swadaya, semua kerja keras bersama, bahkan sampai malam hari. Akhirnya, pada 17 Agustus, desa wisata ini diresmikan oleh desa adat, ditandai dengan kegiatan jalan sehat. Selain itu, Banjar Kutuh Kaja menawarkan pengalaman unik dengan konsep bersantai di tengah sawah, dipadukan cerita sejarah yang kaya. Salah satu daya tariknya adalah De Celagi, area wisata yang menyimpan cerita masa penjajahan.

Baca juga:  Pelaku Curanmor Gagal Beli Motor

Menurut kisah para tetua, tempat ini dulunya menjadi lokasi strategis untuk menghindari penjahat. Sebuah celagi atau sumber air di wilayah ini konon menjadi batas yang membuat penjahat enggan melintas karena di baliknya ada lautan yang dianggap sakral. Untuk memperkuat narasi sejarah itu, warga melibatkan simbol perahu, yang menurut Gusti Astrawa, melambangkan laut.

Sejauh ini penataan pun masih terus dilakukan. Rencana pengembangan tahun 2025 termasuk pembangunan jalan usaha tani sepanjang satu kilometer lebih yang akan menghubungkan Banjar Kutuh Kaja ke Banjar Kutuh Kelod seperti tembus ke arah Pura Dalem Kutuh Kelod. Saat ini, baru 200 meter jalan yang berhasil dikerjakan secara swadaya.

Baca juga:  Pemerintah Didesak Segera Implementasikan Hasil PWA

“Semangat warga Kutuh Kaja menjadi bukti bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk maju. Dengan gotong royong dan dukungan adat, desa ini menunjukkan potensi besar untuk menjadi destinasi wisata berbasis kearifan lokal dan sejarah,” katanya.  (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *