JAKARTA, BALIPOST.com – Tahun 2025 akan menjadi tahun yang istimewa bagi pegiat astronomi, yang ditandai dengan adanya parade planet, gerhana, hingga hujan meteor. Demikian diungkapkan Peneliti Pusat Riset Antariksa dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Gerhana Puannandra Putri.
Dalam gelar wicara yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin, Puan mengungkapkan fenomena parade planet akan terlihat sejak awal tahun 2025, di mana sejumlah planet dapat dipantau dari Bumi dalam waktu yang bersamaan.
“Biasanya, planet-planet tidak bisa diamati dalam satu malam yang sama. Namun tahun depan, kita dapat melihat hingga lima planet sekaligus, yaitu Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, dan Uranus,” jelasnya, dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (2/12).
Namun demikian, Puan menyebutkan hanya Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus yang bisa diamati dengan mata telanjang, sebab Uranus yang redup sulit dibedakan dari bintang lainnya.
Di samping itu, ia menyebutkan akan ada satu fenomena gerhana Bulan total yang bisa dilihat oleh masyarakat Indonesia, dan diprakirakan terjadi pada 7 September 2025. “Fenomena ini akan berlangsung mulai pukul 22.30 hingga pukul 03.30 WIB keesokan harinya. Jadi siap-siap saja tanggal 7 September, kita bisa mengamati gerhana Bulan,” ujarnya.
Puan mengatakan gerhana Bulan total ini aman diamati dengan mata telanjang, dan saat puncaknya, bulan akan tampak kemerahan akibat pembiasan cahaya oleh atmosfer Bumi.
Di samping itu, lanjutnya, terdapat pula peristiwa okultasi bintang Betatauri yang diprakirakan terjadi pada 11 Oktober 2025, dan dapat diamati dari Indonesia.
Kemudian, jelas Puan, terdapat pula berbagai hujan meteor yang bisa diamati, di antaranya seperti hujan meteor Kuadrantids (akhir Desember 2024-Januari 2025), Lirids (April), Eta Aquarids (April–Mei), Perseids (Juli–Agustus), Draconids dan Orionids (Oktober), Leonids (November), dan Geminids (Desember).
Ia menjelaskan setiap hujan meteor memiliki ciri khas, baik dari asal-usul batuannya, seperti dari komet atau asteroid, hingga jumlah meteoroid yang terlihat.
“Ada hujan meteor yang dia cuma bisa terlihat sedikit, mungkin hanya 20-30 meteor per malam, tapi ada juga yang hujan meteor itu sangat banyak. Jadi, bisa kelihatan cahayanya itu ada banyak sekali yang jatuh, itu bisa sampai 100 meteor per malam,” paparnya.
Melalui paparan ini, Puan berharap informasi ini bisa menjadi salah satu sumber pengetahuan baru bagi masyarakat. Ia juga mengajak kepada masyarakat Indonesia untuk sesekali melihat keindahan fenomena antariksa yang terjadi, sehingga masyarakat dapat mengambil hikmah dan pengetahuan dari setiap peristiwa alam yang terjadi. (Kmb/Balipost)