TABANAN, BALIPOST.com – Peringatan Hari Ibu 2024 menjadi refleksi mendalam tentang kebangkitan perempuan Bali, terutama dalam memperjuangkan peran strategis mereka di dunia politik. Meski kuota 30% keterwakilan perempuan di DPR RI belum sepenuhnya tercapai, tren peningkatan jumlah perempuan di parlemen menunjukkan perkembangan positif di tengah tekanan politik yang terus meningkat. Hal ini disampaikan Pengurus DPP PDI Perjuangan Bidang Perempuan dan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Minggu (22/12) di wantilan TPB Margarana, Tabanan.
Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia ini menegaskan peringatan Hari Ibu yang mengusung tema “Perempuan Berdaya Indonesia Raya” menjadi momen penting untuk memotivasi perempuan Indonesia, termasuk perempuan Bali, untuk terus mengambil peran di ruang-ruang strategis. “Ketua Umum PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarnoputri, selalu menekankan bahwa politik adalah kehidupan. Tempat setiap orang menyampaikan suara, memperjuangkan hak, dan mewujudkan keadilan. Tidak ada istilah bahwa politik hanya milik laki-laki,” ujarnya.
Momentum Hari Ibu ditambahkannya juga menyalakan semangat baru. Perempuan harus menjadi penggerak perubahan dan mengambil peran dalam membangun bangsa.
Ia mengakui tantangan besar dihadapi perempuan, khususnya stigma yang menganggap dunia politik sebagai ranah keras yang didominasi laki-laki. “Tantangan perempuan saat ini adalah bagaimana mereka bisa memanfaatkan peluang dan kesempatan yang ada untuk menunjukkan kapasitasnya,” imbuhnya.
Sebagai peringatan Hari Ibu tahun ini, berbagai kegiatan digelar di seluruh Indonesia, termasuk di Margarana, Tabanan. Salah satu agenda utama adalah anjangsana dengan veteran perempuan pejuang kemerdekaan. Kegiatan ini sebagai bentuk penghormatan sekaligus apresiasi terhadap peran mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
“Tanpa perjuangan mereka, kita tidak bisa menikmati kemerdekaan seperti sekarang. Kehadiran perempuan dalam perjuangan bangsa bukan hanya ada di masa kini, tetapi sudah terwujud bahkan sebelum kemerdekaan. Kongres Perempuan pertama pada 22 Desember 1928 menjadi bukti nyata peran mereka,” jelasnya. (Puspawati/balipost)