MANGUPURA, BALIPOST.com – Sampah plastik kembali membanjiri Pantai Kedonganan, Kuta, seiring dengan datangnya musim angin barat. Fenomena tahunan ini sudah terlihat sejak beberapa hari terakhir hingga Kamis (26/12).
Pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung mengakui bahwa kondisi ini merupakan masalah rutin yang dihadapi setiap musim hujan.
Koordinator Deteksi Evakuasi Sampah Laut (Desalut) DLHK Badung, Made Gede Dwipayana, mengungkapkan bahwa Pantai Kedonganan menjadi lokasi yang unik dibanding pantai-pantai lain di kawasan tersebut. Sampah yang menepi di pantai ini hampir seluruhnya berupa sampah plastik.
“Setiap tahun, khusus di Pantai Kedonganan, didominasi sampah plastik. Tidak tahu juga penyebab pastinya,” ujarnya.
Berbeda dengan Pantai Kedonganan, pantai tetangganya, seperti Pantai Jimbaran, lebih banyak dipenuhi sampah kayu. Dwipayana menduga ada fenomena arus laut yang secara alami memilah jenis sampah, sehingga distribusinya berbeda di setiap pantai.
“Mungkin di bawah laut ada arus yang memilah. Jadinya, di Kedonganan seperti ini (sampah plastik), sementara di Jimbaran lebih banyak sampah kayu,” jelasnya.
Dwipayana juga menyebutkan bahwa sampah plastik mulai menumpuk di Pantai Kedonganan sejak sekitar satu minggu lalu. Hingga saat ini, proses pembersihan telah menghasilkan sekitar 80 ton sampah. Sampah yang terkumpul sementara disimpan di Stasiun Transit Operasional (STO) yang berlokasi di seberang pantai untuk mempermudah pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Sampah ini masih terus bermunculan. Kami bawa ke STO agar proses pembersihan lebih cepat dan efisien sebelum diangkut ke TPA,” katanya.
Lebih jauh, ia memperkirakan banjir sampah kiriman di kawasan pantai barat Kabupaten Badung akan berlangsung hingga awal April 2025. Hal ini sejalan dengan periode angin barat yang membawa sampah dari laut ke pesisir setiap tahunnya. Sampah terbanyak sejauh ini ditemukan di Pantai Seminyak, Legian, dan Kuta (Samigita). “Biasanya sampah kiriman ini mulai berkurang sekitar akhir Maret atau April,” imbuhnya.
Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi pengelola lingkungan di Kabupaten Badung. Selain berimbas pada keindahan pantai, sampah plastik juga menimbulkan ancaman bagi ekosistem laut. Masyarakat dan wisatawan pun diajak untuk ikut menjaga terhadap kebersihan lingkungan, terutama dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. (Parwata/Balipost)