Ida Bagus Kade Sudiarta putra dari Alm Ida Kade Tama memainkan preret peninggalan. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Kesenian pereret makin hari nyaris punah. Alat musik tiup khas Jembrana ini sudah jarang digeluti oleh anak muda. Di beberapa desa yang menjadi sentra kesenian ini seperti desa Batuagung, dan Dangintukadaya sudah jarang ada yang memainkan. Para seniman pereret kini sudah banyak yang sudah wafat.

Tidak semua orang bisa memainkan alat musik dari bambu dan kayu ini. Butuh latihan berkala dan nafas yang kuat, persis meniup alat musik terompet. Dari corong pereret akan terdengar nada-nada khas Bali seperti kidung, swagati, pupuh ataupun jayaprana. Konon suara merdu yang dihasilkan alat musik pereret mampu menarik perhatian wanita yang mendengarkan. Pereret tumbuh dan berkembang di desa-desa tua pusat kesenian Jembrana seperti di desa Batuagung.

Baca juga:  Baligrafi, Upaya Membangkitkan Seni Aksara Bali

Namun seiring dengan berjalannya waktu, banyak seniman-seniman pereret yang tutup usia. Seperti Dewa Aji Dandra (80) dan Wayan Gendra (78) yang telah menggeluti pereret sepanjang hidupnya. Dulu di desa Batuagung masih tercatat kelompok pereret mencapai puluhan orang. Tetapi kini sepeninggal sejumlah seniman pereret hanya tersisa segelintir orang yang tersebar di seluruh dusun Desa Batuagung. Termasuk Ketua Sekeha Pereret Swara Wanagitha, Ida Kade Tama (54) yang sudah tutup usia. Kesenian ini semakin jarang ditampilkan.

Baca juga:  Mahasiswa Seni Nyabu Sebelum Pentas

Putra Ida Kade Tama, Ida Bagus Kade Sudiarta, Jumat (27/12) mengatakan sejak sepeninggal ayahnya, alat musik pereret masih tersimpan dan berfungsi dengan baik. Sesekali pria yang dipanggil Gus Dita ini memainkan alat musik warisan ayahnya tersebut. Diakui hanya segelintir yang masih berkecimpung kesenian ini. Itupun sudah usia senja.Sekaa Pereret Swara Wanagitha sudah berkali-kali tampil dalam pesta kesenian seperti di PKB, penyambutan tamu Pemkab hingga ke luar daerah.

Baca juga:  Seni Terbukti Tingkatkan Kreativitas, Faber-Castell Kampanyekan #Art4All

“Saat ini semakin sedikit orang yang tertarik melestarikan alat musik tradisional khas Jembrana ini. Memang agak kesulitan regenerasi, karena minat anak muda cenderung ke musik modern,” katanya.

Sementara pada even-even kesenian baik di Kabupaten maupun Provinsi Bali, musik pereret jarang tampil. Salah satunya juga semakin jarang pemain Pereret. (Surya Dharma/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *