TABANAN, BALIPOST.com – Perayaan malam pergantian tahun di kabupaten Tabanan juga diwarnai dengan euforia kembang api dan petasan. Namun, beberapa insiden mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam penggunaannya. RSUD Tabanan mencatat, sejumlah pasien yang mengalami luka akibat kembang api dan efek psikologis dari ledakan petasan pada malam Tahun Baru, Selasa (31/12).
Direktur RSUD Tabanan, dr. I Gede Sudiarta menyampaikan bahwa pihaknya menerima empat pasien terkait dampak kembang api dan petasan. Dua pasien mengalami luka terbuka akibat terkena ledakan kembang api, yakni laki-laki berinisial RP (45), warga Kediri, mengalami vulnus appertum multiple manus dextra atau luka terbuka di tangan kanan, dan MC (40), warga Mojokerto, Jawa Timur, yang mengalami vulnus appertum cruris sinistra atau luka terbuka di kaki kiri. “Luka kedua pasien langsung ditangani dan hari itu juga sudah boleh pulang,” ujar dr. Sudiarta, Rabu (1/1).
Selain korban luka fisik, dua pasien lainnya yang diterima IGD RSUD Tabanan karena mengalami keluhan psikologis berupa nyeri dada dan jantung berdebar akibat suara ledakan petasan. Keduanya yakni Ni Ketut Sutri Lewati (46), warga Selemadeg, dan Ni Wayan Suastiasih (54), warga Selemadeg Barat.
“Kondisi psikologis seperti ini sering terjadi pada individu yang memiliki riwayat gangguan kesehatan tertentu. Ledakan petasan yang mendadak memicu stres yang berlebihan,” jelas dr. Sudiarta.
Selain kasus terkait kembang api dan petasan, RSUD Tabanan juga mencatat total 42 pasien yang masuk ke instalasi gawat darurat (IGD) pada malam pergantian tahun. Jumlah tersebut terdiri atas 20 pasien dengan keluhan bedah, 22 pasien dengan keluhan penyakit dalam, 20 pasien rawat jalan, dan 17 pasien rawat inap.
“Kami sudah mempersiapkan tenaga medis yang siaga penuh untuk menghadapi kemungkinan adanya lonjakan pasien malam pergantian tahun. Syukurnya, semua pasien dapat ditangani dengan baik,” tambahnya.
Sudiarta juga mengimbau, ke depannya, masyarakat agar lebih berhati-hati dalam merayakan pergantian tahun, terutama terkait penggunaan kembang api dan petasan. “Kembang api memang menambah kemeriahan, tapi jika digunakan tanpa hati-hati, risikonya sangat besar, baik fisik maupun psikologis. Kami juga berharap masyarakat menghindari suara ledakan yang terlalu keras demi menjaga ketenangan bersama,” pesannya. (Puspawati/balipost)