BADUNG, BALIPOST.com – Delapan destinasi menjadi percontohan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk program Gerakan Wisata Bersih. Salah satunya termasuk Provinsi Bali. Hal ini bertujuan guna meningkatkan kualitas dan daya tarik wisata tanah air.
“Gerakan ini nantinya membentuk ekosistem bersih sampah dan kesadaran masyarakat pentingnya menjaga kebersihan,” kata Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa di sela aksi bersih sampah laut di Pantai Kedonganan, Kabupaten Badung, Bali, dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (19/1).
Adapun delapan destinasi wisata itu terbagi dalam dua yakni destinasi wisata super prioritas (DPSP) yakni Mandalika di Nusa Tenggara Barat (NTB), Borobudur di Jawa Tengah, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT), Likupang di Sulawesi Utara dan Danau Toba di Sumatera Utara.
Kemudian tiga destinasi utama penyumbang jumlah besar wisatawan yakni Bali, Jakarta dan Kepulauan Riau. “Kami fokus di sana dulu kalau itu berhasil tahun ini kami bisa garap, diteruskan dan menambah lokasi lain,” imbuh mantan wartawan televisi itu.
Dalam gerakan tersebut, kata dia, ada dua indikator yang ditekankan yakni sampah dan kebersihan toilet di destinasi wisata.
Ia menjelaskan gerakan wisata bersih dilakukan mengingat pilar kesehatan dan higienitas yang diukur dalam indeks pembangunan pariwisata dan perjalanan (TTDI) masih belum optimal.
Saat ini, pilar kesehatan dan higienitas destinasi wisata Indonesia berada di peringkat 89 dari 114 negara.
Padahal secara keseluruhan peringkat TTDI Indonesia menduduki posisi ke-22 pada 2024 atau mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya pada peringkat ke-32. “Itu sebabnya gerakan wisata bersih kami inisiasi agar bisa menaikkan pilar kesehatan dan higienitas,” imbuhnya.
Ni Luh pun mengapresiasi penerapan dan tata kelola kebersihan yang dilaksanakan daya tarik wisata di Bali di antaranya Desa Taro dan Monkey Forest, keduanya berada di Kabupaten Gianyar.
Ia pun mengharapkan dua destinasi wisata itu dapat menjadi percontohan tata kelola kebersihan di destinasi wisata lain di tanah air.
“Monkey Forest dan Desa Taro itu mereka punya sistem pengelolaan sampah yang baik sehingga kami bisa tiru ke daerah lain kemudian kami bisa intervensi atau membantu meningkatkan pengelolaan,” ucapnya. (Kmb/Balipost)