Petani cabai saat memanen buah cabai lebih awal untuk menekan kerugian semakin besar. Buah cabai rusak akibat diguyur hujan belakangan ini. (BP/Dokumen)

BANGLI, BALIPOST.com – Tingginya harga cabai tak bisa dinikmati semua petani di Bangli. Beberapa petani justru merugi lantaran tanaman cabainya diserang penyakit akibat cuaca hujan yang terus-menerus.

I Made Artana, petani cabai di Desa Abuan, menjadi salah satu petani yang tidak bisa menikmati untung di tengah melambungnya harga cabai. Pasalnya hampir semua tanaman cabainya diserang penyakit antraknosa yang sulit dikendalikan saat musim hujan. “Total ada 2 ribu pohon yang saya tanam. Tapi semuanya diserang antraknosa. Jadi disaat cabai mahal saya tidak bisa panen merah,” ungkapnya.

Baca juga:  Jelang Nyepi Harga Kebutuhan Pokok Melonjak, Cabai Tembus Segini

Untuk mengurangi kerugian, ia mengaku terpaksa memanen cabainya yang masih muda. Harga jualnya sekitar Rp 25 ribu per kilogram. Jauh dengan harga cabai petik merah.

Artana mengatakan selain antraknosa, musim hujan seperti sekarang juga rentan membuat tanaman cabai terserang busuk batang. Meskipun telah melakukan penyemprotan secara rutin, namun perkembangan penyakit yang sangat cepat akibat cuaca hujan membuat upaya pengendalian menjadi sulit.

Baca juga:  Hasil Produksi Ikan di Karangasem Masih Rendah

Sementara itu berdasarkan pantauan di Pasar Kidul Bangli harga cabai yang lima hari lalu sempat menyentuh Rp 130 ribu per kilogram, kini sudah turun.

Komang Tri, pedagang bumbu dapur di Pasar Kidul menyebutkan per Minggu (19/1), harga cabai berkisar 80-90 ribu per kilogram, tergantung kualitas. Karena harga naik turun, ia tidak berani menyetok cabai dalam jumlah banyak. Selain karena khawatir harga tiba-tiba murah, pembeli juga menurun karena tidak ada hari raya. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Harga Cabai Terus Naik
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *