AMLAPURA, BALIPOST.com – Program pengembangan tanaman kapas di Kabupaten Karangasem diujung tanduk. Hal itu disebabkan karena minta petani untuk mau mengembangkan kapasitas secara mandiri sangat kecil.
Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Karangasem, I Nyoman Siki Ngurah saat dikonfirmasi, Selasa (21/1) mengungkapkan, pihaknya cukup sulit untuk membuat petani mau menanam kapas secara mandiri tanpa bantuan dari pemerintah. Kondisi itu membuat program tersebut sulit berkembang, terlebih belasan kelompok petani kapas yang ada hampir semuanya telah mendapat bantuan dari pemerintah terkait program ini.
“Dari sisi regulasi kelompok yang sama tidak boleh menerima bantuan berturut – turut setiap tahunnya, sehingga kelompok petani yang sebelumnya sudah menerima, tahun berikutnya dipastikan tidak bisa menerima kembali. Jadi, kita harus akui memang disana kendala yang kami hadapi, setiap kelompok tidak boleh menerima bantuan berturut – turut, harus ada jeda setahun,” ucap Siki Ngurah.
Siki Ngurah mengatakan, kalau kelompok yang bisa menerima bantuan tahun 2025 ini sekitar 8 kelompok dengan luas tanam sekitar 30 hektar. Kata dia, ada beberapa faktor penyebab minat petani untuk menanam kapas secara mandiri sangat sedikit, salah satu diantaranya adalah kepastian harga kapas. “Bila harga jual kapas menjanjikan tentu minat petani untuk menanam secara mandiri akan tinggi seperti menanam padi,” katanya.
Dia menjelaskan, hasil kordinasi dengan Perseroda yang berencana membangun pabrik kapas di Karangasem. Hanya saja menurut Siki Ngurah, jika membangun pabrik, minimal harus didukung sekitar 300 hektar luas tanam kapas. Akan tetapi, disatu sisi cukup sulit bagi petani untuk menanam mandiri apalagi dengan kendala seperti bantuan yang tidak boleh diberikan berturut – turut kepada kelompok sehingga untuk mengejar 300 hektar itu.
“Kecuali Perseroda mau membeli kapas petani dengan harga yang bagus, atau Perseroda mau mengelontorkan dana untuk program kapas kepada petani kemungkinan hal itu bisa terwujud,” imbuhnya. (Eka Parananda/Balipost)