AMLAPURA, BALIPOST.com – Rusak sejak puluhan tahun silam akibat erupsi Gunung Agung tahun 1963, warga Desa Adat Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem akhirnya berhasil membangun kembali pura tempat berstananya Ida Ratu Bagus Bebotoh dan Ida Ayu Mas Melanting.

Menurut Jero Mangku Tirta, tokoh sekaligus Ketua Panitia Pembangunan Pura yang kini dinamai sebagai Pura Swagina tersebut mengatakan, awalnya jauh sebelum erupsi Gunung Agung tahun 1963, di Desa Sebudi ada dua buah pura yaitu pura tempat berstana Ida Ratu Bagus Bebotoh di sisi selatan Desa dan Pura tempat berstana Ida Ayu Mas Melanting di sebelah utara.

Baca juga:  Desa Adat Banjarangkan Gelar Upacara “Nangluk Merana”

Saat terjadinya erupsi Gunung Agung, bagian kedua pura tersebut rusak dan hancur, selama bertahun-tahun warga belum bisa membangun kembali pura tersebut sampai akhirnya pada tahun 2021 silam, tepatnya tanggal 9 Juni akhirnya dimulai lah peletakan batu pertama pembangunan pura tersebut dengan biaya secara swadaya.

Sesuai namanya, Pura Swagina ini erat kaitannya dengan sebagai tempat pemujaan sebagai rasa syukur dan pengharapan atas berkah dari penghidupan yang diperoleh serta kelancaran pekerjaan hingga kemakmuran.

Baca juga:  Desa Adat Buleleng Gelar Pangerupukan Festival 2025

Piodalan di pura tersebut juga diawali pada sasih kasa tepat sebelum para petani mulai menanam padi di sawah dan berkebun. Pada sasih tersebut dilaksanakan upacara Pecaruan Pangendag memakai korban suci berupa Banteng Hitam yang bertujuan sebagai sarana nyomya atau menetralisir energi negatif agar saat petani mulai menanam bisa tumbuh subur dan memperoleh hasil panen berlimpah.

Tiga bulan setelahnya, para petani memasuki musim panen, baru kemudian tepatnya saat Purnama sasih Kapat dilaksanakan upacara Usaba Nini sebagai wujud rasa syukur atas berkah dan panen yang berlimpah kepada tuhan yang maha esa.

Baca juga:  Memohon Kebijaksanaan di Palinggih Ratu Wayan

Untuk diketahui, total dana pembangunan Pura Swagina yang berdiri diatas lahan seluas 10 are tersebut menghabiskan sekitar Rp 1,6 miliar. Bangunan pelinggih hingga tembok, candi dan Kori agung terbuat dari batu hitam Karangasem.

Untuk dananya sendiri bersumber dari pihak ketiga, sumbangan dari pengusaha, sumbangan warga dan lainnya. Tidak ada urunan yang dipungut dari warga, sedangkan untuk kekurangan dana sementara ditalangi oleh Ketua Panitia Pembangunan, sekitar Rp700 juta. (Eka Parananda/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *