Oleh Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.M.
Pidato pelantikan Donald Trump pada Senin, 20 Januari 2025, sebagai Presiden Amerika Serikat tentu menjadi perhatian dunia, termasuk Indonesia. Sebagai tokoh yang dikenal dengan retorika populis dan kebijakan proteksionis, setiap pernyataan Trump memiliki potensi memengaruhi perekonomian global, termasuk di Indonesia dan Bali.
Dalam pidato pelantikannya, Trump menegaskan fokus pada kebijakan “America First,” yang memprioritaskan kepentingan domestik Amerika Serikat di atas segalanya. Kebijakan ini dapat membawa implikasi luas bagi negara berkembang, terutama Indonesia yang memiliki ketergantungan tertentu pada perdagangan internasional.
Salah satu dampak langsung yang mungkin muncul adalah pada sektor ekspor. Amerika Serikat merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, dengan nilai perdagangan bilateral mencapai sekitar USD 37 miliar pada tahun-tahun sebelumnya. Jika Trump memperketat kebijakan impor atau memberlakukan tarif tinggi pada produk-produk asal Indonesia, tentu hal itu berpotensi menurunkan pendapatan ekspor nasional.
Bali, sebagai salah satu provinsi yang memiliki produk ekspor unggulan seperti kopi, kerajinan tangan, dan perhiasan, juga akan terdampak. Penurunan permintaan dari pasar AS jelas akan memengaruhi pendapatan para produsen lokal, terutama yang bergantung pada ekspor ke negara tersebut.
Selain itu, pidato yang menekankan proteksionisme dapat mengguncang pasar finansial. Selama ini, pidato-pidato kontroversial Trump sering kali menciptakan gejolak di pasar saham dan nilai tukar mata uang. Jika investor global menilai kebijakan Trump sebagai ancaman bagi stabilitas perdagangan internasional, risiko capital outflow dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, akan meningkat. Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi di dalam negeri, mengingat sebagian besar barang impor dihargai dalam dolar.
Kebijakan Trump yang berpotensi menarik investasi besar-besaran kembali ke dalam negeri AS juga dapat mengurangi aliran investasi langsung asing (FDI) ke Indonesia. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah Indonesia yang tengah berupaya menarik lebih banyak investasi asing untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan meningkatkan daya saing ekonomi.
Meski demikian, ada peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia dalam menghadapi kebijakan proteksionis AS, salah satunya adalah dengan memperluas pasar ekspor ke negara-negara lain yang memiliki hubungan dagang lebih erat dan stabil. Diversifikasi pasar ini perlu didukung oleh perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara potensial di Asia, Eropa, dan Timur Tengah. Indonesia juga dapat meningkatkan daya saing produk ekspor melalui inovasi dan peningkatan kualitas, sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada pasar AS.
Pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah antisipatif dalam merespons pidato dan kebijakan Donald Trump. Stabilitas makroekonomi harus dijaga dengan memperkuat cadangan devisa untuk meredam volatilitas nilai tukar. Kebijakan moneter yang fleksibel perlu diterapkan untuk menjaga likuiditas di pasar finansial. Di sisi lain, pemerintah harus memperkuat sektor domestik dengan mendorong konsumsi dalam negeri dan memperluas basis pajak agar tidak terlalu bergantung pada pendapatan dari perdagangan internasional.
Bagi Bali, upaya untuk meningkatkan daya tarik pariwisata harus terus dilakukan dengan diversifikasi pasar wisatawan. Pengembangan pariwisata berbasis budaya dan ekowisata dapat menarik wisatawan dari negara-negara lain yang tidak terlalu terpengaruh oleh kebijakan Trump. Selain itu, pelaku usaha lokal perlu didorong untuk memanfaatkan platform digital dalam memasarkan produk mereka secara global, sehingga ketergantungan pada pasar tertentu dapat dikurangi.
Pidato pelantikan Donald Trump adalah pengingat bahwa dinamika global dapat berubah dengan cepat dan memengaruhi perekonomian domestik. Dengan respons yang tepat, Indonesia, termasuk Bali, dapat memanfaatkan peluang di tengah tantangan yang ada. Kebijakan yang berpihak pada penguatan ekonomi lokal, diversifikasi pasar, dan penguatan daya saing akan menjadi kunci menghadapi dampak dari setiap keputusan kebijakan internasional.
Dekan Fak. Ekonomi & Bisnis (FEB) Undiknas Denpasar