DENPASAR, BALIPOST.com – Ekonomi Bali bisa tumbuh signifikan untuk mendorong target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen. Syaratnya, investasi potensial di Bali, bisa terealisasi. Demikian disampaikan Deputi Kepala BI KPw Bali GA. Diah Utari.
Ia meengatakan, untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada 2029, diperlukan dukungan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Bali di atas proyeksi. Sumber pertumbuhan baru tersebut dapat berasal dari investasi-investasi potensial di Bali yang sudah diprogramkan, seperti LRT, Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi, koridor e-BRT, Pusat Kebudayaan Bali, Ulapan Mobility Plan, dan pengembangan ekosistem kedirgantaraan, termasuk bandara baru.
“Investasi-investasi tersebut jika dapat berjalan sesuai dengan rencana dan target yang ditetapkan, maka pertumbuhan ekonomi Bali berpotensi melebihi proyeksi Bank Indonesia tahun 2025 yaitu di rentang 5,0-5,8% (yoy),” ujarnya.
Investasi memiliki pangsa sebesar 27,53% dari PDRB Provinsi Bali, kedua terbesar di sisi pengeluaran setelah konsumsi rumah tangga (RT). Sehingga kinerja investasi memegang peranan esensial untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Bali yang lebih kuat dan mampu menyerap lapangan pekerjaan.
Investasi sebagai sumber pertumbuhan tidak terbatas hanya dari PSN. Proyek-proyek besar (Non PSN) lainnya seperti LRT jika berjalan sesuai dengan tahapan memiliki potensi besar menjadi sumber pertumbuhan ekonomi.
Kendati di 2025, tidak terdapat pembangunan PSN baru di Bali, namun PSN eksisting seperti Tol Gilimanuk-Mengwi, KEK Sanur, dan KEK Kura-kura akan memberikan multiplier effect yang signifikan terhadap perekonomian jika berjalan sesuai dengan timeline pembangunan.
Sebagai contoh pembangunan KEK Kura-kura dengan nilai investasi sebesar Rp104 triliun untuk 30 tahun ke depan diprediksi mampu menciptakan lapangan pekerjaan langsung sebanyak 35 ribu orang pekerja dan lapangan pekerjaan tidak langsung sebanyak 64 ribu orang pekerja.
Bank Indonesia telah menghitung proyeksi pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2025 di rentang 5,0-5,8% (yoy). Proyeksi tersebut didasarkan pada asesmen Bank Indonesia berdasarkan tren historis dan potensi output ke depan.
Diah menjelaskan, pertumbuhan ekonomi secara umum dapat ditinjau dari dua sisi, yakni dari sisi sektoral (supply/penawaran) dan dari sisi pengeluaran (demand/permintaan). Dari sisi supply, perekonomian Bali didominasi oleh lapangan usaha (LU) terkait sektor pariwisata (LU Akmamin (Akomodasi, makan, minum), Transportasi dan Pergudangan, dan Perdagangan).
Sedangkan dari sisi demand, komponen pengeluaran konsumsi RT memiliki pangsa terbesar dalam PDRB yakni 53,10% dan disusul oleh investasi dengan pangsa sebesar 27,53%. Dengan peran konsumsi RT tersebut akan memberi dampak besar terhadap pertumbuhan perekonomian, sehingga upaya untuk mendorong konsumsi RT diharapkan menjadi booster untuk pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, upaya mendorong investasi utamanya di sektor padat karya, juga diharapkan akan memberikan multiplier effect untuk penciptaan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja yang lebih besar, sehingga masyarakat memiliki penghasilan untuk mendorong konsumsi. (Citta Maya/balipost)