Pengempon Pura Ulawatu menggelar Karipubaya pada Selasa (28/1). (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Peristiwa mengakhiri hidup (ulah pati) yang dilakukan oleh seorang warga negara asing di kawasan Alas Kekeran, Uluwatu, disikapi oleh para pengempon pura. Pengempon dan pengemong Pura Luhur Uluwatu, Desa Adat Pecatu, Kuta Selatan, menggelar upacara Karipubaya pada Selasa (28/1).

Upacara ini dilaksanakan bertepatan dengan Tilem Sasih Kapitu sebagai ritual pembersihan pascakejadian tersebut. Bendesa Adat Pecatu, Made Sumerta, menegaskan bahwa upacara Karipubaya telah dirancang sesuai dengan hari baik, yaitu Tilem Sasih Kapitu. Ritual ini dipimpin oleh Ida Pedanda dari Griya Sari Bhagawanta Puri Agung Jrokuta.

Pelaksanaan upacara Karipubaya melibatkan berbagai unsur, termasuk Desa Adat Pecatu, Puri Agung Jrokuta, serta Pemerintah Daerah. Bahkan, biaya yang timbul dalam pelaksanaan upacara ini pun berasal dari kolaborasi ketiga pihak tersebut.

Baca juga:  Api dan Asap di Lereng Gunung Agung Tak Terpantau

“Kawasan Pura Uluwatu adalah area suci bagi kami. Oleh karena itu, kami mengusulkan kepada pemerintah daerah untuk mendukung upacara penyucian ini, termasuk dari sisi anggaran,” jelasnya.

Dengan terlaksananya Karipubaya, masyarakat Desa Adat Pecatu berharap kawasan Alas Kekeran kembali suci, aman, dan tidak lagi menjadi lokasi peristiwa ulah pati di masa mendatang. Upacara Karipubaya diyakini dapat menetralisasi energi negatif di lokasi kejadian serta mencegah peristiwa serupa terjadi kembali.

Pengempon Pura Luhur Uluwatu, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya, menyebut bahwa ritual ini merupakan tanggung jawab adat dan spiritual masyarakat setempat. I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya, yang akrab disapa Turah Joko, menjelaskan bahwa peristiwa ulah pati terjadi sekitar dua minggu lalu di area Alas Kekeran, yang masih berada dalam lingkup Pura Uluwatu.

Baca juga:  Kunjungan Ke Uluwatu Meningkat Hingga 15 Persen

“Meskipun lokasi kejadian berada di luar area pura, sebagai pengempon dan pengemong, kami memiliki kewajiban untuk melaksanakan upacara penyucian. Sebelumnya, sudah dilakukan pembersihan secara alit (sederhana), tetapi hari ini, pada hari yang baik, Tilem Kapitu, kami sepakat untuk menggelar upacara yang lebih besar, yaitu Karipubaya,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa ritual ini bertujuan untuk menetralisasi kawasan yang terdampak oleh peristiwa ulah pati. Mengingat wisatawan yang melakukan tindakan tersebut bukan berasal dari Bali, maka tanggung jawab pembersihan dan penyucian area berada di tangan masyarakat adat setempat.

Baca juga:  Tabrak Truk Tronton, WN Belanda Meninggal Mengenaskan

“Tujuan kami adalah mengembalikan keseimbangan spiritual. Kami ingin memastikan bahwa kawasan ini tetap suci serta mencegah roh-roh jahat atau energi negatif yang mungkin muncul akibat kejadian ini,” tambahnya.

Turah Joko juga mengungkapkan bahwa peristiwa ulah pati di kawasan Alas Kekeran bukan yang pertama kali terjadi. Oleh karena itu, pihaknya bersama pengelola Pura Uluwatu akan meningkatkan pengawasan terhadap wisatawan yang berkunjung. “Ini sudah kejadian kedua. Karena itu, kami memperkuat upacara ini agar lebih kuat secara spiritual. Harapannya, tidak ada lagi peristiwa serupa di masa depan,” katanya. (Parwata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *