Kegiatan meeting dan MICE di The Meru Sanur, sebagai salah satu penopang pariwisata di Bali khususnya di Denpasar (BP/May)

DENPASAR, BALIPOST.com – Efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah telah berdampak pada wisata MICE di Bali. Telah ada pembatalan reservasi namun tidak berdampak signifikan.

Ketua PHRI Badung Agung Rai Suryawijaya mengatakan, Inpres tersebut tidak berdampak signifikan terhadap Bali karena wisata yang lebih banyak dilayani pelaku usaha di Bali adalah wisatawan asing. Menurutnya dampaknya hanya 5 persen, karena selama ini market MICE di Bali hanya sekitar angka tersebut.

“Tentu tujuannya baik supaya dalam penyelenggaraan pemerintahan anggarannya harus efisien, sehingga akan berdampak pada pengurangan perjalanan dan MICE,” ujrnya.

Baca juga:  Dua Hari Bali akan Hadapi Fenomena "Tanpa Bayangan", Ini Jadwalnya

Diakui kebijaka tersebut pasti akan berdampak pada wisata di Bali khususnya MICE namun tidak signifikan. “Karena bisnis MICE ini justru kita inginkan dari pihak swasta dan juga pihak penyelenggara dan kerjasama dengan luar negeri,” ujarnya.

Bali dicanangkan menjadi pusat MICE dunia karena Bali memiliki fasilitas yang berstandar internasional, pelayanan yang bagus. Di samping mengikuti kegiatan MICE, keluarganya bisa bersantai menjadi wisatawan leisure.

Ia menyebut telah ada pembatalan namun efeknya tidak signifikan karena pelaku usaha pariwisata bisa mengganti dengan MICE yang diselenggarakan oleh swasta dan juga internasional. Menurutnya di dunia ini ada ribuan event yang bisa digrab asalkan Bali memiliki strategi untuk mendapatkan wisatawan MICE dunia.

Baca juga:  Gempa M5,2 di Lombok, Dirasakan Hingga di Bali

Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan, salah satu gangguan yang dialami Bali yaitu kebijakan pemerintah untuk mengurangi biaya perjalanan yang akan mempengaruhi keinginan orang untuk berwisata. Kebijakan pembatasan biaya perjalanan kementerian/lembaga (K/L) akan memukul pelaku usaha yang berada di kawasan Nusa Dua yang selama ini banyak didukung oleh kegiatan – kegiatan K/L yaitu MICE.

Penurunan reservasi akomodasi maupun ruangan meeting bisa mencapai 20 persen. Ia berharap pemotongan biaya perjalanan tidak mempengaruhi okupansi akomodasi di Bali. Menurutnya memang di satu sisi akan terlihat terjadi pemborosan, tapi di sisi lain ada pemasukan lain yang masuk ke negara seperti devisa.“Kebijakan perjalanan dinas itu sangat berpengaruh terhadap kawasan di Nusa Dua khususnya, memang di daerah lain seperti Ubud memang tidak banyak dipakai,” ujarnya. (Citta Maya/Balipost)

Baca juga:  Cuara Buruk dan Abu Vulkanik, Petani Cabai Terpaksa Panen Lebih Awal
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *