![Hari Raya Nyepi Bertepatan Dengan Tumpek Wariga, Ini Himbauan MDA Bali 1](https://www.balipost.com/wp-content/uploads/2025/02/balipostcom_hari-raya-nyepi-bertepatan-dengan-tumpek-wariga-ini-himbauan-mda-bali_01-696x464.jpg)
DENPASAR, BALIPOST.com – Perayaan Hari Suci Nyepi, Icaka 1947 pada 29 Maret 2025 nanti bertepatan dengan Tumpek Wariga atau yang dikenal pula sebagai Hari Tumpek Bubuh. Selain menghaturkan banten, ada banyak piodalan yang dilaksanakan umat Hindu di Bali.
Berkaitan dengan hal tersebut, Majelis Desa Adat Provinsi Bali mengeluarkan surat edaran Tata Titi Nyanggra Rahina Hari Suci Nyepi Icaka Warsa 1947. Dalam surat edaran bernomor : 001/SE/MDA-Prov Bali/II/2025 yang ditandangani Penyarikan Agung MDA Bali, Dr. Dewa Nyoman Rai Asmara Putra dan Bendesa Agung MDA Bali, Ida Panglingsir Putra Sukahet, ini disebutkan seluruh ritual tumpek wariga dilaksanakan dalam tingkatan upakara paling sederhana.
Ada pun waktu pelaksanaan ritual, Sabtu, 29 Maret 2025 dimulai pukul 04.30 WITA dan sudah harus berakhir pukul 06.00 WITA. Keputusan ini didasarkan pada ketentuan bahwa subha dewasa pawukon alah dening subha dewasa sasih.
Demikian juga apabila pada saat peringatan Hari Suci Nyepi ada umat Hindu yang melaksanakan pujawali atau piodalan, maka berpedoman pada konsep subha dewasa pawukon alah dening subha dewasa sasih, maka piodalan atau pujawali dilaksanakan dengan tingkatan upacara paling sederhana. Waktu pelaksanaannya mulai pukul 04.30 WITA dan harus sudah berakhir pukul 06.00.WITA.
Selain mengatur tentang pelaksanaan Tumpek Wariga yang bertepatan dengan Nyepi, surat edaran tertanggal 7 Februari 2025 yang diputuskan berdasarkan paruman sulinggih Sabha Puruhito Yayasan Sabha Budaya Bali dan Sabha Kretha Sulinggih Hindu Dresta Bali di MDA Bali pada 6 Februari 2025 ini juga mengatur tentang pelaksanaan Melasti , Tawur Agung Kesanga dan pecaruan, Pengerupukan, Pembuatan dan penyertaan Ogoh-ogoh, Puncak Nyepi/Sipeng dan Ngembak Geni.
Seluruh ketentuan pada peringatan Hari Suci Nyepi wajib dipatuhi oleh Krama, Krama tamiu dan tamiu yang ada di Desa Adat masing-masing. Menjadi tugas dan tanggungjawab Bendesa Adat, Kelian Adat atau sebutan lainnya untuk kelancaran seluruh rangkaian ritual dan upakara dengan menekankan pada keamanan, ketertiban dan keharmonisan serta kesejahteraan. (Nyoman Winata/balipost)