Suasana lomba drama modern berbahasa Bali yang diselenggarakan Jumat (14/2). (BP/Pande Paron)

DENPASAR, BALIPOST.com – Lomba Drama Modern Berbahasa Bali dalam rangkaian Bulan Bahasa Bali 2025 yang digelar Dinas Kebudayaan Provinsi Bali diikuti 15 peserta dari berbagai SMA/SMK se-Bali. Kompetisi yang bertujuan melestarikan bahasa dan budaya Bali melalui drama modern ini, menurut salah satu panitia, Ida Bagus Made Purwita, cukup diminati.

Pamong Budaya Ahli Muda ini mengutarakan antusiasme peserta terhadap lomba cukup tinggi. “Peserta datang dari berbagai daerah, seperti Melaya, Negara, Bangli, Klungkung, Gianyar, Denpasar, hingga Badung. Setiap peserta diberikan waktu 60 menit, terdiri dari 15 menit persiapan panggung, 30 menit penampilan, dan 15 menit pembersihan,” jelasnya saat ditemui di Gedung Ksirarnawa Art Center, Jumat (14/2).

Baca juga:  Gubernur Koster Lantik Lihadnyana Jadi Pj Bupati Buleleng

Peserta menghadirkan tema beragam yang penuh pesan moral dan budaya. Salah satu penampilan menarik datang dari SMA Negeri 1 Kuta Utara  dengan drama berjudul “Buana Aksara Bali”.

Drama ini mengisahkan proses terbentuknya alam semesta hingga manusia mengenal aksara Bali. “Cerita dimulai dari awal terbentuknya dunia, dari tabrakan atom hingga menjadi kehidupan di bumi. Manusia purba akhirnya mengenal aksara Bali, yang menjadi bagian penting budaya kita,” ujar Sri Cahya Dewi (15), peserta dari SMA Negeri 1 Kuta Utara.

Baca juga:  Kasus Remaja Dicekik dan Diperkosa, Pelakunya Ditangkap

Peserta dari SMA Negeri 1 Sukawati membawakan drama berjudul “Medal Medil”, yang mengangkat konflik perebutan tanah sawah antar saudara. “Persiapan kami sekitar satu bulan, mulai dari menata konsep, latihan, hingga pembuatan properti. Drama ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga persaudaraan dan warisan budaya,” tutur Gusti Ayu Mas Sriastuti (16).

Sementara itu, drama berjudul “Nini Kije Jani” yang dibawakan oleh SMA Negeri 1 Tabanan mengangkat kritik sosial terhadap kebiasaan menjual tanah warisan leluhur. “Kami ingin masyarakat Bali tidak melupakan akar budaya dan pentingnya menjaga tanah warisan,” jelas I Putu Trisna dan I Putu Angga, peserta dari SMA Negeri 1 Tabanan.

Baca juga:  Tambahan Les Bahasa Bali

Dalam kesempatan itu, keduanya juga mengusulkan agar teater diperkenalkan lebih intensif di sekolah-sekolah melalui workshop atau penampilan langsung. “Jika diperkenalkan sejak dini, mungkin minat generasi muda terhadap drama akan semakin besar,” kata Angga. (Andin Lyra/Wahyu Widya/Agus Pradnyana/Pande Paron/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *