
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Ditutupnya TPA Sente, Kecamatan Dawan, Klungkung kini semakin banyak memicu TPA liar di Klungkung. Tak tanggung-tanggung areal proyek PKB (Pusat Kebudayaan Bali) yang sudah lama dipenuhi tanaman liar, salah satu sudutnya malah mendadak jadi TPA liar. Aneka sampah berbungkus plastik menumpuk, hingga membuat heran sejumlah masyarakat yang melihatnya.
Munculnya TPA liar di areal proyek PKB, diduga sebagai dampak langsung dari ditutupnya TPA Sente. Lobi-lobi sudah dilakukan pemerintah daerah, namun masyarakat setempat bersikukuh tak akan membiarkan kembali sampah dibuang langsung lagi ke TPA Sente.
Sejumlah tokoh masyarakat yang prihatin melihat kemunculan TPA liar di areal proyek PKB, mengunggahnya ke media sosial, Rabu (26/2). Tujuannya, agar dapat langsung ditindaklanjuti oleh pihak terkait di dalamnya. Sehingga tumpukan sampah itu tidak makin banyak dan semakin sulit untuk diatasi.
“Mohon perhatiannya bapak Bupati Klungkung, (areal proyek) Pusat Kebudayaan Bali di Desa Gunaksa, mendadak jadi TPA. Entah siapa (pihak) yang membuang sampah disini. Mohon bapak menyikapinya. Kita tak berharap masyarakat bertindak semaunya,” tulis Tokoh Masyarakat Wayan Westa dalam video unggahannya media sosial, Rabu (26/2).
Sorotan masyarakat seperti itu, ditanggapi langsung Wakil Bupati Klungkung Tjokorda Gde Surya Putra. Menurut dia, saat ini perlunya kesadaran masyarakat terkait dinamika penanganan sampah. “Sampah (menjadi) tanggung jawab kita bersama. Kami mohon masyarakat tidak sembarangan membuang sampah, karena akan berdampak buruk terhadap lingkungan, baik secara langsung maupun dikemudian hari. Terima kasih atas kepedulian masyarakat sudah menginformasikan hal ini. Segera kami tindaklanjuti,” terang Tjok Surya.
Saat ini, progres proyek PKB sendiri baru sebatas penataan lahan. Termasuk penyediaan akses jalan, jembatan dan gapura dari sisi barat dan timur. Sejak penyelesaian tahap pematangan lahan tahun 2022, tidak ada lagi kelanjutan proses pembangunan. Petakan lahan seluas 300 hektar lebih itu, kini makin banyak tumbuh semak-semak. Akses jalan yang membelah lahan PKB, justru kerap dipakai lokasi balap liar. Sementara diatas jembatan merah sempat dipenuhi pedagang liar, sebelum akhirnya ditertibkan aparat karena menimbulkan kesan kumuh. Sepanjang alur Sungai Unda juga sudah mengalami sedimentasi, dimana material seperti pasir dan lumpur mengendap di tengah sungai.
Para tokoh masyarakat Klungkung berulangkali menyampaikan harapan, agar proyek besar yang digadang-gadang sebagai peradaban baru Pulau Bali ini dibangun sampai tuntas. Namun, harapan itu seketika menjadi kekhawatiran memasuki tahun 2025, setelah muncul kebijakan pusat dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam APBN dan APBD TA 2025 serta Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 29 Tahun 2025 tentang Penyesuaian Rincian Alokasi TKD (Transfer ke Daerah) menurut Provinsi/Kabupaten/Kota TA 2025 dalam rangka Efisiensi Belanja Pelaksanaan APBN dan APBD TA 2025. (Bagiarta/Balipost)