Awan hujan menggelayuti langit di kawasan permukiman di Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin (10/3/2025). (BP/Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sambaran petir di Bali mengalami penurunan dari 478.845 pada Januari 2025 menjadi 386.925 kali pada Februari 2025. Hal itu diungkapkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Geofisika Denpasar.

“Didominasi sambaran petir dari awan ke tanah,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Rully Oktavia Hermawan di Denpasar, Bali, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (11/3).

Ia menjelaskan, berdasarkan analisis Stasiun Geofisika Denpasar, penurunan jumlah petir itu diperkirakan karena berkurangnya awan cumulonimbus (CB) serta perbedaan potensial antara awan dan bumi yang lebih kecil sehingga pelepasan muatan negatif atau elektron juga berkurang.

Baca juga:  Pantau Aktivitas Seismik, BMKG Pasang 20 Sensor di Sulawesi

Ada pun pelepasan muatan negatif itulah yang diketahui sebagai petir. BMKG mengungkapkan petir dari awan ke tanah merupakan jenis petir yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan bangunan, kebakaran hingga kematian.

Rully merinci jumlah sambaran petir yakni dari awan ke tanah (cloud to ground/CG) pada Februari 2025 sebanyak 284.193 kali dan sambaran petir di dalam awan (intracloud/IC) sebanyak 194.652 kali sambaran.

Dari sebanyak 284.193 petir CG itu, petir dari awan ke tanah positif (CG+) atau petir dengan muatan positif dengan ciri sambaran tunggal sebanyak 112.057 dan petir dari awan ke tanah negatif (CG-) atau petir dengan muatan negatif dengan ciri sambaran bercabang banyak mencapai 172.136 petir.

Baca juga:  Bulan Bahasa Bali, Lomba Mengetik Aksara Bali Digelar

Petir yang terjadi pada Februari itu dominan terjadi pada dini hari yakni sekitar pukul 04.00 Wita dan sore hari sekitar pukul 15.00 Wita.

“Banyaknya sambaran petir pada jam tersebut mengindikasikan cukup tinggi potensi pembentukan awan konvektif terjadi di waktu bersamaan ,” imbuhnya.

Sedangkan kerapatan petir dengan kategori tinggi terjadi di wilayah Kabupaten Tabanan, Badung bagian utara, dan Jembrana.

Ada pun kerapatan kategori tinggi itu mencapai di atas 16 petir per kilometer persegi.

Baca juga:  Bupati Tamba Mulai Lakukan Rombak Pejabat

Kategori sedang yakni 8-16 petir per kilometer persegi terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar, Bangli dan Buleleng.

Kemudian kategori rendah yakni kurang dari delapan petir per kilometer persegi terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Karangasem, Klungkung, Tabanan, Badung bagian selatan, dan Kota Denpasar.

Stasiun Geofisika Denpasar juga mencatat kejadian petir di Bali pada Februari 2025 merupakan jumlah terendah ketujuh dalam kurun waktu 2009-2025.

Ada pun sambaran petir dalam periode waktu itu yang paling banyak terjadi pada Februari 2024 mencapai 748.624 kali sambaran petir. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *