Foto kombo ogoh-ogoh "Kanda Pat Bhuta" yang digarap ST Eka Bhakti, Banjar Basang Tamiang, Desa Kapal, Badung. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Hari Raya Nyepi 2025 semakin dekat. Tradisi pembuatan ogoh-ogoh di kalangan remaja di Bali pun semakin intens dilkukan.

Salah satu Sekaa Teruna (ST) yang turut aktif dalam tradisi ini adalah ST. Eka Bhakti dari Banjar Basang Tamiang, Desa Kapal, Badung.

Ketua ST. Eka Bhakti, Ida Bagus Dwira Adnyana (22), mengungkapkan bahwa ogoh-ogoh yang dibuat tahun ini mengusung tema “Kanda Pat Bhuta”. Tema ini menggambarkan empat energi alam semesta dalam bentuk fisik, yaitu Bhuta Petak, Bhuta Bang, Bhuta Kuning, dan Bhuta Ireng, yang masing-masing melambangkan berbagai aspek kehidupan manusia.

Baca juga:  Peroleh Sertifikasi Internasional, 19 GM Bali Raih Gelar CHA

“Ogoh-ogoh kami kali ini menggambarkan Kanda Pat Bhuta, yaitu empat manifestasi energi yang menjaga keseimbangan alam dan kehidupan manusia. Ada Bhuta Petak di Timur yang melambangkan kemurnian, Bhuta Bang di Selatan sebagai simbol keberanian, Bhuta Kuning di Barat yang melambangkan kebijaksanaan, dan Bhuta Ireng di Utara yang menyimbolkan stabilitas dalam menghadapi rintangan,” jelas Gusde saat diwawancarai melalui telepon, Rabu (12/3).

Baca juga:  Potensi Pertanian di Badung Juga Menjanjikan

Ia juga menambahkan bahwa inspirasi pembuatan ogoh-ogoh ini berasal dari pemahaman bahwa Bhuta Kala tidak selalu berkonotasi negatif. Justru, mereka berperan penting dalam menjaga keseimbangan hidup manusia, baik secara sekala (fisik) maupun niskala (spiritual).

Saat ini, progres ogoh-ogoh sudah memasuki tahap finishing, hanya tinggal penyempurnaan beberapa bagian seperti perakitan dan detail penyumambang. Meski demikian, pembuatan ogoh-ogoh kali ini juga menghadapi kendala, terutama dalam hal sumber daya manusia.

Baca juga:  Harap Lolos Kesanga Festival 2025, STT Werdhi Yowana Tampakgangsul Angkat Refleksi Kondisi Lingkungan dalam Karyanya

“Banyak anggota yang bekerja sehingga sulit meluangkan waktu untuk menggarap ogoh-ogoh. Hal ini sedikit menghambat proses pengerjaan,” ungkapnya.

Meski menghadapi tantangan, Gusde tetap optimis dan berharap bahwa dengan kerja sama yang kuat, ST. Eka Bhakti dapat terus berkembang dalam seni pembuatan ogoh-ogoh.

“Semoga ST. Eka Bhakti semakin kompak dan mampu menggali potensi seni, khususnya dalam seni ogoh-ogoh. Kami juga berharap ogoh-ogoh tahun ini bisa membanggakan dan mengharumkan nama banjar kami,” tutupnya. (Agus Pradnyana/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *