ST Dharma Pertiwi Pecatu mengusung tema kritik sosial dalam ogoh-ogoh yang dilombakan di Puspem Badung, Sabtu (15/3). Nampak "Engsap Ken Widhi" siap mengikuti parade. (BP/Agus Pradnyana)

MANGUPURA , BALIPOST.com – Parade Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung digelar pada 15-16 Maret 2025 di Balai Budaya Giri Nata Mandala, Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung. Acara ini menjadi puncak seleksi dari 7 zona di seluruh wilayah Kabupaten Badung, dengan menghadirkan 3 ogoh-ogoh terbaik dari masing-masing zona.

Kompetisi tahun ini tidak hanya menampilkan keindahan dan kreativitas ogoh-ogoh, tetapi juga menghadirkan parade ogoh-ogoh. Peserta menampilkan seni pertunjukan yang mendukung cerita dan tema ogoh-ogoh mereka.

Di hari pertama, Sabtu 15 Maret menampilkan 11 peserta, sedangkan 10 peserta lainnya akan tampil pada Minggu 16 Maret 2025.

Salah satu peserta yang tampil di hari pertama adalah Sekaa Teruna Dharma Pertiwi dari Banjar Kauh, Pecatu. Kadek Ari Widiarsa, Wakil Ketua Sekaa Teruna Dharma Pertiwi menjelaskan bahwa ogoh-ogoh mereka mengangkat isu sosial dengan judul “Engsap Ken Widhi” (Lupa dengan Sang Pencipta).

Baca juga:  7 Perempuan Dianugerahi "Beauty of Bali"

“Ogoh-ogoh kami bercerita tentang manusia zaman sekarang yang mulai melupakan yadnya (upacara suci). Ada orang yang menggelar yadnya, tetapi ada pula yang menghasut, mengatakan bahwa yadnya tidak lagi penting, lebih baik menjual tanah untuk mendapatkan uang. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan dunia, yang digambarkan melalui simbol timbangan antara kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta,” jelas Kadek Ari saat ditemui di Balai Budaya Giri Nata Mandala, Sabtu (15/3).

Baca juga:  Antisipasi Lonjakan Penumpang Jelang MotoGP Lombok, Puluhan Kapal Disiapkan di Padangbai
Kadek Ari Widiarsa, Wakil Ketua Sekaa Teruna Dharma Pertiwi. (BP/Istimewa)

Ogoh-ogoh Sekaa Teruna Dharma Pertiwi tahun ini menggunakan berbagai teknologi canggih. Di bagian kepala, timbangan, dan kaki dari ogoh-ogoh mereka bisa bergerak, menambah daya tarik dan kesan hidup pada karya mereka.

“Pembuatan ogoh-ogoh ini memakan waktu sekitar tiga bulan. Kami berusaha menggabungkan kreativitas dengan teknologi agar pesan yang ingin kami sampaikan lebih menarik dan mudah dipahami,” tambahnya.

Membawa ogoh-ogoh dari Pecatu ke Puspem Badung bukanlah perjalanan yang mudah. Kadek Ari mengungkapkan mereka mengalami beberapa kendala, seperti ranting pohon yang menghalangi jalan dan kabel listrik yang semrawut.

Baca juga:  Makna Hari Kemerdekaan Tak Berkurang di Tengah Pandemi COVID-19

“Kami membutuhkan waktu sekitar 12 jam untuk membawa ogoh-ogoh ini sampai ke lokasi lomba. Harapannya, pemerintah bisa lebih memperhatikan infrastruktur, seperti memangkas ranting pohon dan merapikan kabel listrik agar lebih aman bagi peserta lomba di masa mendatang,” ujarnya.

Sebagai perwakilan dari ST Dharma Pertiwi, Kadek Ari berharap bahwa karya mereka dapat memberikan pesan kuat kepada generasi penerus.

“Kami ingin mengingatkan bahwa yadnya itu penting, jangan sampai dilupakan. Harapan kami terhadap event ini, semoga ke depan Pemerintah Kabupaten Badung bisa melakukan persiapan yang lebih matang agar acara semakin baik dan lancar,” tutupnya. (Agus Pradnyana/balipost))

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *