Suasana rapat penetapan sekaa seni yang akan terlibat pergelaran pada PKB Ke-47 Tahun 2025, Senin (17/3). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.oom – Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 akan mulai digelar pada 21 Juni hingga 19 Juli 2025. Dinas Kebudayaan (Disbub) Provinsi Bali pun telah menetapkan sebanyak 22 sekaa, sanggar, komunitas atau kelompok seni, maupun yayasan hasil kurasi yang akan mengisi rekasadana (pergelaran) selama ajang pementasan kesenian tahun ini.

Kadisbud Bali, I Gede Arya Sugiartha mengungkapkan PKB ke- 47 tahun ini telah menerima hasil kurasi atau seleksi dari para kurator PKB 2025. Sekaa seni yang telah lolos kurasi ini masing-masing diberikan biaya jasa kesenian dan kebudayaan sebesar Rp35 juta.

Pihaknya mengharapkan kesiapan masing-masing Sanggar agar menggarap karya tetap mengacu pada tema tahun ini yang mengusung Jagat Kerthi. Dikatakan, PKB ke-47 Tahun 2025 dilaksanakan sebagai ajang penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali. Maka para sekaa  dapat mengaktualisasi seni tradisi, klasik, kerakyatan, berbasis sebunan (lokalitas) dalam upaya mendukung pemajuan kebudayaan Nasional.

Baca juga:  Pasar Majalangu Ditiadakan Lagi

“Kami mengajak kepada seluruh masyarakat Bali bersama-sama mendukung pelaksanaan PKB tahun ini,” ujar Arya Sugiartha didampingi kurator PKB  saat memimpin rapat bersama perwakilan sekaa, di Kantor Disbud Bali, Senin (17/3).

Kurator PKB ke-47, Prof. Dr. I Made  Bandem menegaskan kepada para seniman atau sanggar yang terpilih untuk benar-benar mengembalikan pakem karya yang akan digarap. Ada kesenian Wali yang sakral jangan dibawa ke Taman Budaya. Ia mempersilakan para seniman membuat garapan kesenian sakral  yang telah ditransformasikan secara kebaruan.

Baca juga:  Seorang Warga Luka Terkena Runtuhan Garasi

“Intinya seni tradisi memiliki pakem. Pakem gambuh, topeng, wayang kita kembalikan dan hidupkan lagi. Konteksnya harus sesuai dengan tema, mulai cerita dengan mengangkat  lokalitas. Kalau cerita gambuh ceritanya bisa mengambil panji, tapi tetap masukan pituah-pituah tentang Jagat Kerthi,” ucap Prof. Bandem.

Ia mengingatkan dalam pola penggarapan juga memperhatikan keutuhan adegan atau kalau  dalam seni barat dikenal pembabakan. “Misalnya, kesenian gambuh, arja disitu ada cerita sejarah, ada cerita perang, sedih, magis dan pembabakan itu sudah diwariskan oleh seniman kita dengan hebat sekali. Begitupula dalam penokohan beberapa peran di kesenian arja ada yang kurang diangkat lagi, semisal patih pengrancab bisa dimunculkan kembali, dan gaya tari, kalau wayang wong tetap gaya klasik Wayang wong, gambuh juga sama, kembalikan ke pakem, yang paling pokok vokal juga diperhatikan. Itu menjadi kehebatan seniman zaman dulu,” ungkapnya.

Baca juga:  Tabrakan Motor dan Mobil Pick-up, Satu Tewas

PKB ke-47 mengusung tema: Jagat Kerthi: Lokahita Samudaya (Harmoni Semesta Raya), dengan materi pokok terdiri dari Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Utsawa (Parade), Wimbakara (Lomba), Kriyaloka (Lokakarya), Kandarupa (Pameran), Widyatula (Sarasehan), dan Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni), Jantra Tradisi Bali, dan Bali World Culture Celebration (BWCC) atau Perayaan Kebudayaan Dunia di Bali. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *