Ogoh-Ogoh Banjar Kertha Bhuwana menampilkan keindahan tarian Bali. (BP/Wahyu Widya)

DENPASAR, BALIPOST.com – STT Kertha Yowana Banjar Kertha Bhuwana, Dangin Puri Kangin, Denpasar Utara, kembali menunjukkan eksistensinya dalam pelestarian budaya Bali dengan menampilkan ogoh-ogoh bertema Legong Kuntul pada perayaan Nyepi tahun Caka 1947 ini.

Dua pemuda, I Kadek Putra Ardiawan (21) dan Putu Gede Pujiantara Putra (30), yang tinggal di Jalan Sakura, menjadi tokoh penting di balik konsep dan pembuatan ogoh-ogoh tersebut.

Menurut I Kadek Putra Ardiawan, ogoh-ogoh tahun ini terinspirasi dari keindahan gerakan tarian Bali, khususnya tarian Legong Kuntul yang menggambarkan lincahnya gerakan burung kuntul atau yang dikenal di Bali dengan sebutan kedis kokokan. “Kami ingin menonjolkan tradisi dan budaya yang ada di Bali, sekaligus mengapresiasi keindahan tarian legong yang sudah dikenal luas di masyarakat,” ujarnya, Rabu (19/3).

Baca juga:  ST Widya Dharma Tengkulung Garap Ogoh-ogoh "Prabhu Tarakasura"

Proses pembuatan ogoh-ogoh dimulai sejak pertengahan November tahun lalu, dimulai dari perencanaan tema dan sinopsis. Pengerjaan fisik ogoh-ogoh memakan waktu kurang lebih empat bulan.

Seluruh anggota STT Kertha Yowana turut berpartisipasi dalam pengerjaan ogoh-ogoh ini. Namun, terdapat tim inti berjumlah sekitar 10 orang yang bertanggung jawab memastikan ogoh-ogoh selesai tepat waktu.

Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan ogoh-ogoh hingga proses penilaian mencapai kurang lebih Rp30 juta. Meski demikian, semangat gotong royong tetap menjadi landasan dalam proses pengerjaan, walaupun ada kendala utama, yaitu keterbatasan waktu karena sebagian besar anggota sudah bekerja dan hanya dapat meluangkan waktu di malam hari.

Baca juga:  Nyepi di Banjar Kedisan Kaja, Ogoh-Ogoh "Sang Landean" Siap Diarak saat Pangrupukan

Putu Gede Pujiantara Putra menyampaikan harapannya agar ogoh-ogoh tahun ini tidak hanya menjadi kebanggaan banjar, tetapi juga mampu memperkuat rasa kebersamaan dalam organisasi. “Harapan saya, agar tradisi dan rasa gotong royong tetap terjaga dengan damai. Kita harus bisa bersatu dalam STT agar terus menjaga dan melestarikan adat serta budaya Bali agar tidak punah,” ungkapnya. (Wahyu Widya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *