Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, di Jakarta, Selasa (8/4/2025). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Belanja masyarakat selama periode Ramadhan hingga Idul Fitri 2025 mencapai Rp248,1 triliun. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

“Belanja saat Ramadhan itu kelihatan naik di angka Rp248,1 triliun. Jadi natal, tahun baru, dan Ramadhan membantu daya ungkit daripada konsumsi kita,” kata Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (8/4).

Baca juga:  Jangan Lengah, Masyarakat Agar Waspadai Lonjakan Ketiga

Ia menuturkan pada momentum natal, tahun baru, dan Idul Fitri ini turut mendorong konsumsi nasional.

Konsumsi masyarakat menjadi sektor yang penting dalam menopang perekonomian nasional, mengingat saat ini kondisi ekonomi global tengah menghadapi tantangan.

Hal itu tercermin dari kondisi pasar keuangan yang masih menunjukkan fluktuasi, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat berada di zona negatif, namun kini sudah menunjukkan tren positif.

Selain itu, nilai tukar rupiah juga relatif stabil meskipun ada pelemahan, namun masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain.

Baca juga:  Ratusan Koperasi Tak Aktif Perlu Pembinaan Ekstra

“Nilai tukar rupiah juga relatif terjaga, walaupun ada pelemahan tetapi kalau kita bandingkan negara lain di Jepang pelemahan itu sampai 50 persen demikian pula beberapa negara lain, kita masih lebih baik,” kata Menko Airlangga.

Di sisi lain, Airlangga juga menyampaikan bahwa yield treasury Indonesia dan obligasi masih terjaga dengan baik, serta cadangan devisa Indonesia relatif tetap stabil.

Meski demikian, ia menyampaikan bahwa Indonesia masih perlu mewaspadai kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

Baca juga:  Livi Zheng, Motivasi Buat Generasi Muda

“Trade policy uncertainty -nya juga tinggi, sehingga kita masuk dalam kebijakan yang tidak pasti, terjadi gejolak pasar uang seluruh dunia, pelemahan mata uang di emerging market, kemudian juga retaliasi tarif oleh China, kemudian rantai pasok global juga terganggu,” katanya pula. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *