
DENPASAR, BALIPOST.com – Hari terakhir gelaran SMK Festival 2025 di Art Center, Denpasar, Sabtu (12/4) diisi penampilan yang tidak hanya datang dari pelajar SMK, tetapi juga dari siswa SMA.
Salah satunya adalah pembacaan puisi berjudul “Leak Matah” oleh Gede Nanda Abdi Pratama (17), siswa dari SMAN 4 Denpasar.
Ketertarikan Nanda terhadap puisi ini bermula dari ajang Porsenijar 2025, di mana puisi Leak Matah menjadi salah satu materi lomba paling menantang. Tantangan itulah yang justru menarik minatnya.
“Di SMAN 4 Denpasar sudah tradisi, kalau gak susah ya gak asik. Selain itu, unsur magis dan kreativitas di dalamnya juga menarik, bahkan ada bagian yang bisa dimodifikasi,” katanya saat ditemui di Kalangan Ratna Kanda usai tampil.
Penampilannya di Kalangan Ratna Kanda pun memberikan kesan mendalam.
“Kalau di Porsenijar kemarin tampilnya di ruangan, belum terasa feel Bali-nya. Tapi di sini, suasananya magis banget. Saya sampai merinding waktu tampil,” ucap Nanda dengan semangat.
Meski mengaku masih pemula dalam dunia puisi, Nanda menyatakan ia sudah menyukai puisi sejak lama. Bahkan, pernah menciptakan beberapa karya sendiri, meski sebatas untuk pembelajaran di kelas.
Untuk persiapan penampilannya, Nanda melalui proses latihan intensif bersama guru, pelatih, dan juga secara mandiri. “Latihannya benar-benar padat. Pagi latihan sama guru, sore sama pelatih, malam latihan sendiri. Jadi bisa menampilkan yang terbaik,” ujarnya.
Puisi karya I Gusti Putu Bawa Samar Gantang ini dibawakan Gede Nanda dengan penuh penghayatan di Kalangan Ratna Kanda. Leak Matah mengangkat cerita transformasi manusia menjadi leak, dengan unsur ritual khas Bali yang kental serta nuansa magis yang terasa kuat di setiap baitnya.
“Puisi ini menceritakan seseorang yang ingin menjadi leak. Digambarkan bagaimana ritualnya—seperti mempersembahkan nyuh gading yang sudah dikasturi, dan dongkang. Di bagian bait ‘Mijil geni’, saya terbakar, itu menandakan perubahan menjadi leak, yang ditutup dengan tawa khasnya: ‘Leak Matah Hahahaha’,” jelas Gede Nanda.
Meski sempat gugup dan sedikit keliru mengucapkan beberapa bait, Nanda tetap memberikan penampilan maksimal.
“Saya tetap berusaha menampilkan yang terbaik. Semoga pesan dan kekuatan dari puisi ini bisa tersampaikan ke penonton,” tutupnya. (Pande Paron/balipost)