Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (21/4/2025). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Indonesia kembali meraih surplus perdagangan pada Maret 2025 sebesar 4,43 miliar dolar AS, atau Rp72,78 triliun (kurs Rp16.809), yang menjadikan surplus pada bulan ini merupakan keuntungan ke-59 kali sejak Mei 2020.

“Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Senin (21/4).

Dijelaskan dia, pada periode ini nilai ekspor Indonesia mencapai 23,25 miliar dolar AS atau Rp390,643 triliun, angka tersebut mengalami kenaikan secara bulanan (month to month) dan tahunan (year on year) masing-masing 5,95 persen dan 3,16 persen.

Baca juga:  Pupuk Organik Diminati, Permintaan Hingga 50 Ton/Hari

Sementara untuk nilai impor Maret 2025 mencapai 18,92 miliar dolar AS atau Rp317,94 triliun, dengan kenaikan secara bulanan maupun secara tahunan, masing-masing sebesar 0,38 persen dan 5,34 persen.

Amalia menjelaskan, terdapat 10 komoditas yang memberikan kontribusi besar dalam peningkatan ekspor Indonesia, yakni lemak dan minyak hewani, bahan bakar mineral, besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.

Baca juga:  Peningkatan Fasilitasi Perdagangan dan Investasi ASEAN Perkuat Daya Asing Kawasan

Selanjutnya, nikel dan barang daripadanya, berbagai produk kimia, alas kaki, bijih logam, terak dan abu, serta mesin dan peralatan mekanis. Adapun nilai ekspor secara keseluruhan dari 10 golongan tersebut mencapai 13,89 miliar dolar AS atau Rp233,42 triliun.

Lebih lanjut, Amalia menyampaikan tiga negara penyumbang surplus neraca dagang Indonesia pada Maret 2025 yakni Amerika Serikat (AS), dengan keuntungan perdagangan mencapai 1,98 miliar dolar AS atau Rp33,2 triliun, India 1,04 miliar dolar AS atau Rp17,47 triliun, serta Filipina 714,1 juta dolar AS atau Rp11,98 triliun.

Baca juga:  Hormati Jasa Pejuang, Kodam Perbaiki TMP di Baucau

Sedangkan negara dengan volume impor lebih banyak daripada ekspor atau defisit perdagangan, yakni China sebesar 1,11 miliar dolar AS atau Rp18,7 triliun, Australia 353,2 juta dolar AS atau Rp5,93 triliun, serta Thailand 195,4 juta dolar AS atau Rp3,2 triliun. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *