Instalasi Pengolahan Air di Berangbang yang digunakan PDAM untuk mengolah air dari Bendungan Benel untuk kebutuhan air bersih. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Layanan air bersih yang disalurkan PDAM Tirta Amertha Jati di wilayah Pekutatan diakui masih sangat kurang.

Hal tersebut dipicu karena minimnya sumber air untuk menyuplai kebutuhan.

Dengan rencana pengembangan kawasan Pekutatan untuk pariwisata, Direktur Perumda Tirta Amertha Jati Jembrana, I Gede Puriawan, menilai perlu alternatif mencari sumber air untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

“Masih banyak permohonan yang belum kita penuhi, karena keterbatasan sumber air khususnya di wilayah Pekutatan,” kata Puriawan.

Baca juga:  Posko Rendang Butuh Penampungan Air Bersih

Terlebih nantinya bila di kawasan tersebut akan dikembangkan untuk sejumlah investasi seperti perumahan, kawasan wisata dan lain-lain.

Sejatinya, PDAM memiliki lahan yang bisa digunakan untuk sumber air memanfaatkan air bawah tanah (sumur bor). Namun, masih menunggu kepastian pembangunan jalan tol Denpasar-Gilimanuk, sebab lahannya berada dekat dengan jalur yang ditetapkan untuk jalan tol.

“Selama ini masih mengandalkan sumber air dari pengelolaan irigasi di Yeh Sumbul, itupun kecil dan sulit untuk naik ke Pekutatan, hanya untuk di sebagian Pulukan dan Pekutatan,” katanya.

Baca juga:  Dubes Republik Chili Kunjungi Kodam IX/Udayana

Untuk jangka panjang, PDAM Jembrana berencana untuk investasi pengolahan air hilir di Sungai Pulukan yang memiliki potensi debit yang cukup.

Dengan memanfaatkan air di hilir sungai untuk diolah menjadi air bersih. Sedangkan untuk pasokan air bersih di wilayah lain seperti di Negara termasuk rencana pengembangan Pelabuhan Perikanan Pengambengan menurutnya masih tergolong aman.

Untuk di wilayah Negara menurutnya saat ini debit air tergolong lebih setelah adanya instalasi pengolahan air dari Bendungan Benel, Manistutu di desa Berangbang. “Untuk pengembangan di luar Pelabuhan kita masih cukup, saat ini dari pasokan IPA di Benel, menghasilkan 64 liter per detik, dan baru digunakan 30 liter per detik,” kata Puriawan. (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Pangdam Sebut Mahasiswa sebagai Agen Perubahan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *