Chaim Joel Fetter saat makan bersama anak-anak yang berada di bawah naungan yayasannya. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Berawal dari kegiatannya melakukan perjalanan backpacking ke Lombok di 2004 dan bertemu seorang anak laki-laki bertelanjang kaki mengemis di sebuah lampu merah, seorang pria asal Belanda, Chaim Joel Fetter tergerak membangun pusat kesejahteraan anak di NTB.

Fetter sekitar 20 tahun lalu merupakan pengusaha internet sukses di Belanda. Namun ketika berjumpa anak laki-laki yang mengemis itu, ia tak bisa melupakannya. “Ia telah kehilangan kedua orangtuanya dan tinggal sendirian di bawah selembar terpal. Saat itu hati ini seperti ditinju,” ingat Fetter.

Sangat tergerak, ia kembali ke Belanda, menjual perusahaannya, dan kembali ke Indonesia untuk melakukan sebuah misi.

Namun, ia mengakui motivasinya tidak semata-mata terinspirasi dari apa yang dilihatnya. Ia berasal dari orangtua yang bercerai, bahkan sempat tinggal di panti asuhan saat berumur enam tahun. “Saya tahu rasanya menjadi anak yang tidak dipedulikan siapa pun,” katanya via WhatsApp.

Baca juga:  Peserta Touring "ADV Satu Hati Jelajah Nusantara" Bikin Ceria Siswa SD

Fetter menuturkan ia mendirikan Yayasan Peduli Anak di 2006 untuk memberikan kesejahteraan pada anak-anak yang membutuhkan.

Pihaknya mendirikan Pusat Kesejahteraan Anak pertama di Lombok. Dibangun di atas lahan seluas 2,2 hektare, fasilitas ini mencakup 14 rumah berkonsep keluarga, sebuah masjid, gedung SD dan SMP, klinik kesehatan, lapangan olahraga, dan kebun organik.

Fetter mengatakan Yayasan Peduli Anak telah mendukung ribuan anak. Bahkan banyak di antara mereka yang telah lulus kuliah, kembali bekerja di pusat ini sebagai guru, konselor, perawat, dan akuntan.

Pusat Kesejahteraan di Sumbawa

Saat ini, yayasannya sedang membangun Pusat Kesejahteraan Anak di Sumbawa.

“Kami mendengar kisah anak-anak yang ditinggalkan karena orangtuanya menikah lagi atau pergi merantau untuk bekerja. Ada yang tidur di gubuk terbengkalai. Bahkan, ada yang tidak makan berhari-hari.”

Butuh waktu hampir lima tahun untuk mencapai progres 95 persen dalam proyek ini. Fasilitas ini akan menyediakan perawatan menyeluruh bagi 300 anak, termasuk 150 anak yang tinggal di sana dan 150 siswa harian dari desa-desa miskin di sekitarnya.

Baca juga:  CSR IHG Jangkau Ratusan Ribu Orang di Asia Timur dan Pasifik

Ia menyebut ruang kelas sudah siap, para ibu asuh telah dilatih, dan dua belas rumah sudah berdiri kokoh. “Banyak masyarakat turut menyumbang setelah mengetahui misi kami melalui media sosial. Beberapa pemilik usaha lokal juga menyelenggarakan acara penggalangan dana,” ungkapnya.

Namun sayangnya, pusat kesejahteraan itu belum dilengkapi perabotan. Tanpa ranjang susun dan perlengkapan penting lainnya, ungkapnya, fasilitas ini masih belum siap digunakan sepenuhnya.

Ia mengaku telah menulis email secara pribadi kepada CEO IKEA Indonesia, Adrian Worth dan Electrolux Professional untuk menyampaikan harapan akan kemungkinan dukungan.

Electrolux merespons dengan positif atas permintaan peralatan dapur profesional, yang akan sangat membantu dalam menyiapkan makanan untuk anak-anak setiap hari.

Baca juga:  Prabowo Umumkan BHR untuk Ojol, Ini Pernyataan Resmi Gojek

Sementara dari CEO IKEA Indonesia, ia mengaku masih menantikan kabar lebih lanjut.

“Kami sangat menghargai kepedulian IKEA, khususnya saat mereka memberikan dukungan yang luar biasa setelah gempa Lombok tahun 2018. Adapun untuk yang di Sumbawa ini, kami berharap IKEA bisa memberikan harga dasar bagi kami untuk membeli ranjang, lemari, dan perabot lainnya yang dibutuhkan,” ujar Fetter.

Ia menilai tempat yang kini dibangun di Sumbawa merupakan cetak biru berskala nasional untuk menangani anak-anak rentan yang membutuhkan pertolongan. “Jika kami bisa membuktikan ini berhasil, pendekatan ini bisa direplikasi oleh LSM, komunitas, bahkan pemerintah. Mungkin suatu hari nanti, tidak ada lagi anak Indonesia yang harus tidur di lantai, putus sekolah, atau mengalami kekerasan dan penelantaran,” harapnya.

Dengan peresmian yang tinggal beberapa bulan lagi, ia sangat berharap ada kepastian dalam menyediakan furnitur untuk anak-anak tersebut. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *