
RIAU, BALIPOST.com – Pemerintah telah menetapkan Provinsi Riau sebagai wilayah darurat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sejak April hingga November/Desember pada tahun ini. Hal itu dinyatakan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan.
“Sesuai prediksi BMKG, dapat saya jelaskan bahwa status darurat yang diterapkan di Provinsi Riau ini akan diberlakukan hingga bulan November atau Desember tahun 2025,” kata Budi Gunawan setelah menggelar apel Desk Karhutla di Lanud Roesmin Nurjadin, Riau, dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (29/4).
Budi yang juga pembentuk Desk Karhutla ini mengatakan, ada beberapa alasan mengapa Riau jadi provinsi darurat bencana karhutla.
Salah satu alasannya yakni jumlah lahan yang terbakar di Riau hingga saat ini mencapai 81 hektare. Jumlah tersebut menjadi yang terbanyak jika dibandingkan dengan beberapa wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan seperti Aceh, Jambi dan Kalimantan Tengah.
Selain itu, data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa wilayah Riau bisa mengalami dua kali musim kemarau dalam satu tahun.
Kondisi tersebut membuat wilayah hutan dan kebun di Riau mengering sehingga rawan menimbulkan titik api.
Untuk memitigasi kebakaran hutan dan lahan di Riau, Budi Gunawan beserta jajarannya telah mempersiapkan beragam langkah.
Salah satunya yakni menggelar operasi modifikasi cuaca yang akan digelar per 1 Mei 2025. “Modifikasi cuaca hujan per 1 Mei, water bombing, heli patroli, mengisi embung-embung, parit-parit, kanal-kanal, serta mempertahankan tinggi muka air di lahan gambut,” kata pria yang akrab di sapa BG itu.
Selain itu, pihaknya juga akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum guna mengawasi pihak-pihak yang dianggap sengaja membakar hutan untuk pembebasan lahan.
BG melanjutkan, upaya-upaya pencegahan tersebut dipastikan akan terus dilakukan hingga masa darurat karhutla yang disematkan Provinsi Riau berakhir.
Dengan ragam upaya tersebut, BG yakin titik api yang diperkirakan akan banyak muncul di wilayah Riau dapat berkurang. (Kmb/Balipost)