
JAKARTA, BALIPOST.com – LG yang sebelumnya diberitakan batal berinvestasi di proyek ekosistem kendaraan listrik (EV), namun tidak membatalkan secara menyeluruh dalam pengembangan proyek tersebut. Hal ini dinyatakan Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani.
Dijelaskan dia, dalam proyek itu memiliki empat joint venture dengan fokus pengembangan yang berbeda, dan memastikan LG tetap ikut dalam salah satu joint venture di proyek yang dinamakan Grand Package tersebut.
“Jadi yang ingin saya sampaikan bahwa komitmen dari LG itu tetap besar,” kata dia di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (29/4).
Rosan menyampaikan, dalam fase awal investasi, LG sudah merealisasikan penanaman modal sebesar 1,1 miliar dolar AS atau Rp18,4 triliun (kurs Rp16.764), dan berencana untuk menambah investasi sebesar 1,7 miliar dolar AS atau Rp28,5 triliun di fase kedua pengembangan sel baterai proyek Grand Package.
“Jadi total investasinya itu bisa mencapai nanti kalau sudah selesai, di joint venture nomer empat ini 2,8 miliar dolar AS (Rp46,9 triliun) yang dimana sesuai dengan target awal untuk di joint venture nomer empat ini,” katanya pula.
Lebih lanjut, Rosan menyampaikan dirinya akan melakukan kunjungan ke pabrik baterai yang sudah dibangun LG di Karawang, Jawa Barat pada esok hari yang sebelumnya merupakan hasil investasi pada tahap awal.
“Besok saya juga akan mengunjungi pabrik baterai itu, karena sudah ada pembicaraan awal dengan pihak kami, justru mereka ingin menambah investasinya,” katanya.
Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani menjelaskan LG Energy Solution tidak mengundurkan diri dari sebagian investasinya di proyek ekosistem baterai, tetapi Pemerintah Indonesia yang meminta LG mundur karena negosiasinya berjalan terlalu lama.Rosan mengatakan negosiasi dengan LG telah berjalan selama lima tahun sejak 2020.
“Tadi dikatakan bahwa dari sana (LG) memutus, sebetulnya lebih tepatnya dari kami yang memutus. Itu berdasarkan surat tanggal 31 Januari 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Kenapa dikeluarkan surat itu? Karena, memang negosiasi ini sudah terlalu lama, sedangkan kami ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat karena negosiasinya sudah berlangsung lima tahun,” kata Rosan saat jumpa pers di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/4) malam.
Rosan melanjutkan surat itu kemudian diterbitkan untuk LG, karena investor China Huayou telah menyatakan keinginannya berinvestasi pada sektor ekosistem baterai. Keinginan Huayou untuk masuk dalam konsorsium proyek baterai di Indonesia itu diungkap sejak tahun 2024. (Kmb/Balipost)